Kamis 06 Oct 2016 19:07 WIB

Banyak Petugas Kesehatan Terpaksa Lari dari Kunduz

Operasi tetap berlangsung di RS Dokter Tanpa Batas di ruangan yang masih utuh setelah RS di Kunduz tersebut dibombardir serangan udara AS.
Foto: reuters
Operasi tetap berlangsung di RS Dokter Tanpa Batas di ruangan yang masih utuh setelah RS di Kunduz tersebut dibombardir serangan udara AS.

REPUBLIKA.CO.ID, KUNDUZ -- Pertempuran di kota Kunduz, Afghanistan utara, memaksa banyak petugas rumah sakit meninggalkan tempat itu demi keselamatan, kata pejabat pada Kamis (6/10), yang lebih mengacaukan perawatan kesehatan ratusan orang.

Sejumlah baku tembak jalanan berlangsung empat hari setelah petempur Taliban melewati pertahanan kota pada Senin. Pasukan pemerintah, yang didukung pasukan khusus dan serangan udara Amerika Serikat, berulang kali menyatakan memegang kendali atas kota itu, namun warga setempat melaporkan pertempuran besar memaksa banyak orang melarikan diri.

Seorang dokter Marzia Yaftali Salaam mengatakan di antara yang melarikan diri dari Kunduz terdapat sekitar 70 persen petugas rumah sakit umum utama kota itu, yang mendapatkan serangan roket dan senjata api kecil. Rumah sakit umum dengan 200 tempat tidur itu adalah penyedia pelayanan medis utama di Kunduz setelah pusat trauma yang lebih mutakhir yang dikelola oleh Medecins Sans Frontiers hancur dikarenakan serangan udara Amerika pada tahun lalu.

Dalam tiga hari belakangan, rumah sakit itu telah didatangi setidaknya 210 orang pasien, banyak di antaranya merupakan warga sipil, termasuk anak-anak dan wanita, yang terluka dikarenakan adanya pertempuran, kata Salaam. "Banyak dari mereka yang terluka harus dilarikan ke sejumlah klinik di wilayah sekitar dan klinik swasta di kota," katanya, "Jika keadaannya masih sama, kami mungkin akan terpaksa menghentikan pelayanan."

Pada saat pertempuran berhenti pada Rabu, hampir 50 orang dilarikan ke rumah sakit dalam kurun waktu beberapa jam, ujar Hameed Alam, kepala departemen kesehatan publik di Kunduz. Ratusan orang penduduk melarikan diri dari kota, dengan mereka yang masih menetap menghadapi kekurangan air, makanan dan aliran listrik, begitu pula dengan adanya ancaman dari pertempuran.

Taliban, yang memerintah Afghanistan dengan tangan besi dari 1996 hingga 2001 lalu, berusaha untuk menyingkirkan pemerintah yang didukung oleh pihak Barat di Kabul dan ingin memberlakukan kembali ketentuan Islam. "Terdapat pertempuran di tiap jalan dan keadaannya kritis," kata Ismail Kawasi, juru bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat di Kabul.

Perbekalan dan petugas kesehatan tambahan ditempatkan di sejumlah provinsi sekitar, namun mereka harus menunggu pertempuran mereda sebelum dapat mengarah ke Kunduz, kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement