Jumat 07 Oct 2016 09:09 WIB

Inggris Khawatir Dampak Penutupan Kamp Pengungsi Calais

Rep: dian erika nugraheny/ Red: Ani Nursalikah
Kamp pengungsian Calais, Prancis.
Foto: AP
Kamp pengungsian Calais, Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON-- Direktur Pengungsi Palang Merah Inggris, Alex Fraser mengatakan prihatin terhadap usulan penutupan kamp di Calais, Prancis. Saat wacana penutupan direncanakan, tercatat ada banyak laporan anak-anak menghilang dari kamp.

"Jika penutupan jadi dilakukan, kami harap tetap ada perlindungan terhadap anak-anak sebagai kelompok minoritas. Trauma yang dirasakan anak-anak bisa lebih besar dari yang kita bayangkan," ujar Alex sebagaimana dilansir dari Mirror.co.uk, Jumat (7/10).

Sebelumnya, sebanyak 129 anak menghilang dari kamp setelah pihak berwenang setempat mewacanakan pembersihan pada April lalu. Pembersihan diduga menyebabkan ketakutan di kalangan penghuni kamp.

Saat ini, diperkirakan ada 9.000 orang tinggal di kamp Calais. Dari jumlah itu, terdapat 860 anak-anak. Selain itu, ada 675 anak yang hidup tanpa pendampingan orang dewasa.

Menurut Alex, anak-anak tersebut potensial menjadi target perdagangan manusia. Pembongkaran kamp dapat dijadikan kesempatan untuk melakukan penculikan terhadap anak.

Sebanyak 180 anak, lanjut Fraser, sebanarnya memiliki keluarga di Inggris. Namun, karena terhalang rumitnya proses penyatuan anggota keluarga, anak-anak masih tertahan di Calais.

"Kami akan mendesak pemerintah Inggris agar segera mempercepat proses membawa anak-anak ke Inggris," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement