Senin 16 Jan 2017 10:21 WIB

Trump Minta Rusia Kurangi Senjata Nuklir

Rep: Puti Almas/ Red: Bilal Ramadhan
Misil nuklir Rusia
Misil nuklir Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan akan menawarkan kesepakatan mengakhiri sanksi terhadap Rusia. Ia mengatakan hal itu dapat dilakukan apabila Moskow berjanji untuk mengurangi jumlah senjata nuklir yang negara itu miliki.

Miliarder itu mengatakan hendak membicarakan penawaran dengan Presiden Rusia Vladimir Putin segera. Sanksi yang diberikan AS terhadap negara itu adalah sebab anekasasi atas Crimea.

"AS menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Rusia dan saya ingin melihat lebih dulu apa mungkin melakukan transaksi yang baik dengan mereka," ujar Trump dalam sebuah wawancara, dilansir The Times of London, Ahad (15/1).

Trump mengatakan senjata nuklir menjadi salah satu benda yang harus dikurangi secara substansial. Baik AS maupun Rusia selama ini menjadi negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Negeri Paman Sam memiliki setidaknya 1367 hulu ledak nuklir yang ditempatkan pada rudal strategis dan bom. Sementara, Rusia memiliki 1796 hulu ledak yang tercatat oleh Departemen Luar Negeri AS.

Trump sebelumnya mengatakan bahwa AS harus memperbaiki hubungan dengan Rusia. Ia kemudian mendapat sejumlah kritik keras mengingat Moskow selama ini dinilai menjadi ancaman terbesar negaranya dalam berbagai hal.

Baru-baru ini, terdapat berkas dirangkum dalam laporan intelijen AS yang mengatakan bahwa Rusia melakukan peretasan untuk mempengaruhi hasil pemilu negara itu pada 8 November lalu. Rusia juga disebut memiliki informasi rahasia mengenai Trump.

Trump membantah hal itu dan menuduh badan intelijen AS membocorkan informasi palsu. Ia mengatakan tidak pernah ada hal yang bersifat rahasia mengenai dirinya dimiliki oleh Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement