Kamis 19 Jan 2017 08:32 WIB

Insafnya Sang Pemburu Hewan

Berburu (ilustrasi).
Foto: travel.mongabay.com
Berburu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Selama ini warga yang tinggal di Permukiman Abu Rawashdikenal sebagai pemburu hewan dan pemelihara reptil. Namun, warga yang tinggal beberapa kilometer dari Piramid Giza kini mengubah kebiasaan mereka.

Seorang pemburu di sana, Salah Tolba, misalnya memutuskan untuk mengubah hobinya menjadi pengusaha pertunjukan hewan melalui kebun binatang swasta berizin. Desa Africano Tolba adalah kebun binatang swasta yang dibuat oleh pemburu yang berusia 50 tahun, Salah Tolba.

Dua kandang yang berdampingan dan berisi satu singa serta dua singa betina hadir di bagian tengah halaman terbuka kebun binatang itu. Kandang itu juga dikelilingi bermacam binatang, reptil dan burung. "Saya mewarisi hobi berburu dari ayah dan kakek saya dan mendirikan kebun binatang ini sejak dulu telah menjadi impian saya. Saya mempunyai 20 jenis reptil dan antara 10 dan 15 spesies hewan lain di kebun binatang saya," kata Tolba di kebun binatang swastanya.

Ia menyatakan keluarganya telah mengelola bisnis tersebut selama hampir 200 tahun. Tolba menerima izin untuk membuat kebun binatang setelah beberapa komite dari Dinas Umum bagi Layanan Hewan dan Kementerian Lingkungan Hidup memeriksa tempatnya untuk menjamin bahwa tempat tersebut memenuhi ketentuan.

"Saya memerlukan waktu persiapan selama lima tahun untuk secara resmi membuka kebun binatang ini buat pengunjung pada 2013," katanya.

Pemburu kawakan itu mengatakan ia membeli singa dan dua singa betina dari Kebun Binatang Giza, milik Kementerian Pertanian Mesir. "Saya tidak membeli hewan tersebut cuma untuk pertunjukan tapi untuk pengembang-biakan," kata dia.

Singa jantan diberi mana 'Udayy', nama yang terdengar macho dalam Bahasa Arab. Sedangkan kedua singa betina cantik Lebanon 'Nancy' dan 'Haifaa'. Tolba membuat kebun binatang itu di lantai dasar rumahnya, yang memiliki tiga lantai, sebab ia ingin dekat dengan semua hewan tersebut agar ia bisa merawat mereka dengan baik.

Memelihara hewan liar memicu perdebatan sengit di Mesir setelah satu harimau yang melarikan diri dari peternakan hewan liar membunuh seorang anak perempuan yang berusia empat tahun pada September 2016. Peternakan hewan liar tersebut milik seorang profesor universitas di Permukiman Ayyat di Giza. Selain itu, satu singa sirkus menewaskan pelatihnya, yang berusia 25 tahun, selama pertunjukan di Iskandariyah di hadapan murid sekolah juga pada November.

"Saya tidur di sebelah hewan tersebut, sebab saya harus memeriksa langsung bahwa kandang mereka terkunci, karena jika saya lupa dan membiarkan pintu kandang singa terbuka, hewan itu mungkin keluar dan melukai orang. Dalam kasus seperti itu, saya akan dihukum dan kebun binatang saya akan ditutup," katanya.

Kebanyakan pegawai kebun binatang tersebut berasal dari keluarga Tolba. Istri Tolba, anak-anak dan pasangan mereka membantu membersihkan kebun binatang itu dan memberi makan semua hewan tersebut, termasuk cucu Tolba yang masih kecil dan tanpa takut membantu membersihkan kandang kaca ular beracun.

Selusin pengunjung, kebanyakan perempuan dan anak kecil, berkeliling kebun binatang tersebut. Kebun binatang ini dikunjungi banyak orang selama liburan, tak kurang dari 5.000 pengunjung. Pertunjukan singa dan anaconda adalah yang paling populer buat pengunjung. Tolba mengatakan keuntungan tahunan dari kebun binatang tersebut berjumlah sebanyak 8.000 dolar AS. Kebun binatang itu menerima 100 pengunjung per bulan kecuali selama hari raya, ketika kebun binatang swasta tersebut dikunjungi sebanyak 5.000 orang.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement