Ahad 22 Jan 2017 11:15 WIB

11 Peristiwa Penting yang Terjadi Setelah Trump Jadi Presiden AS

Red: Nur Aini
President Donald Trump delivers his inaugural address after being sworn in as the 45th president of the United States during the 58th Presidential Inauguration at the U.S. Capitol in Washington, Friday, Jan. 20, 2017.
Foto: AP
President Donald Trump delivers his inaugural address after being sworn in as the 45th president of the United States during the 58th Presidential Inauguration at the U.S. Capitol in Washington, Friday, Jan. 20, 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) memberikan kejutan kepada dunia. Sosoknya yang kontroversial dinilai akan membawa AS dalam kebijakan proteksionisme, khususnya di sisi ekonomi.

Dikutip kanal berita the Independent, Trump bahkan disebut sebagai presiden AS paling tak populer (keberterimaan terendah) pascapelantikan dalam 40 tahun terakhir.

Sejumlah kejadian penting juga terjadi setelah Trump terpilih dalam pilpres pada November tahun lalu. Berikut rangkuman the Independent terkait 11 kejadian penting yang tercatat setelah Trump terpilih:

1. Trump munculkan kembali wacana kompetisi senjata nuklir

Pada 22 Desember lalu, Trump berkicau di akun Twitter-nya tentang visinya dalam memimpin AS. Dalam tweet-nya, Trump menyebut ingin membawa AS dengan kemampuan senjata nuklir yang lebih kuat.

Sehari setelah berkicau di media sosial, Trump diundang oleh salah satu stasiun televisi AS, MSNBC. Trump bahkan secara blak-blakan mengatakan kepada pembawa berita Mika Brzezinski bahwa ia akan mengalahkan semua pesaing AS dalam perlombaan senjata nuklir. "Biarlah ada perlombaan senjata. Kami akan kalahkan mereka," ujar Trump saat itu.

Namun,' ancaman' yang sempat dilontarkan Trump tersebut bisa jadi tidak seserius yang didengar. Tak lama setelah pernyataannya tentang perlombaan senjata nuklir, Trump sempat mengatakan kepada pers tentang kemungkinan perjanjian 'pelucutan senjata' dengan Rusia. "Mari kita lihat apakah kita bisa buat kesepakatan dengan Rusia," katanya. "Di satu sisi saya melihat senjata nuklir harus dihindari dan dikurangi," ujarnya lagi.

Sebelumnya, belum pernah dalam kebijakan pertahanan AS seorang presiden secara terang-terangan menyatakan akan memulai perlombaan senjata nuklir. Jadi, bila memang Trump melakukan kebijakan pertahanannya yang agresif maka ia presiden AS pertama yang melakukannya dalam beberapa dekade belakangan.

2. Scott Pruitt, tokoh yang skeptis terhadap perubahan iklim justru dipilih jadi kepala agensi Perlindungan Lingkungan.

Trump memang dikenal nyeleneh. Beberapa pilihannya dalam membentuk kabinet pemerintahan juga kontroversial. Sebut saja Scott Pruitt, seorang jaksa agung yang menghabiskan kariernya untuk melawan kebijakan Barrack Obama untuk menekan emisi karbon di AS. Pruitt bahkan menyebut dirinya sebagai advokat kondang yang melawan aktivis Agensi Perlindungan Lingkungan (EPA).

Uniknya, Pruitt justru dipilih Trump menjadi kepala EPA. Pruitt sendiri tercatat sudah 14 kali menggugat EPA. Dalam sebuah artikel yang terbit bulan Mei, seperti dikutip the Independent, Pruitt megatakan bahwa polemik perubahan iklim masih jauh dari usai.

3. Kejahatan rasial meningkat

Kejahatan rasial yang berhibungan dengan agama dan kepercayaan tercatat meningkat setelah Trump terpilih sebagai presiden. Angkanya, menurut Southern Poverty Law Centre, sudah mulai menurun sejak awal 2017 ini. Hanya saja angkanya masih lebih tinggi dibandingkan catatan sebelum pilpres AS November lalu.

Catatan mereka, pascapemilu tercatat ada 1.000 kejahatan rasial atau ujaran kebencian yang terjadi setiap harinya. Sejak Trump terpilih, paling tidak ada 16 kali serangan terhadap rumah peribadatan Yahudi. Selain itu, grafiti simbol swastika pun muncul di berbagai tempat.

4. Rating penerimaan Trump anjlok

Sejumlah jajak pendapat menunjukkan bahwa tingkat penerimaan Trump di kalangan masyarakat telah merosot jauh. Kondisi ini terus memburuk setelah Trump terpilih dalam pilpres akhir tahun lalu. Namun, Trump membalasnya dengan menyebut survei ini telah dicurangi. Trump memang dikenal membenci sejumlah media yang selama ini dikenal memojokkannya.

Jajak pendapat CNN / ORC pekan ini misalnya, menyebutkan bahwa tingkat penerimaan masyarakat atas Trump hanya 40 persen. Angka ini turun enam persen dibandingkan saat Trump baru saja memenangi pemilu. Untuk pembanding, angka penerimaan masyarakat atas mantan presiden Barrack Obama tahun 2009 lalu menyentuh 79 persen, jauh di atas Trump.

Menurut Washintong Post, angka ini membuat Trump sebagai presiden paling tak populer di AS (pascapelantikan) dalam 40 tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement