Jumat 27 Jan 2017 12:19 WIB

Oposisi Suriah Tunggu Aksi Trump Bangun Zona Aman

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
Presiden AS Donald Trump memberikan pidato pertamanya seusai dilantik menjadi presiden AS dalam upacara inagurasi di Gedung Capitol, Washington DC, Jumat (20/1).
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden AS Donald Trump memberikan pidato pertamanya seusai dilantik menjadi presiden AS dalam upacara inagurasi di Gedung Capitol, Washington DC, Jumat (20/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kelompok oposisi Suriah mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump  membangun zona aman di negara mereka, Kamis (26/1). Hal ini sesuai dengan janji pemimpin Negeri Paman Sam itu sebagai salah satu upaya untuk mencegah kedatangan imigran. 

Trump mengatakan bahwa zona aman di Suriah perlu dibuat untuk menampung warga yang mencoba melarikan diri dari negara itu. Miliarder itu kemudian menambahkan bahwa selama ini Eropa telah membuat kesalahan dengan mengakui jutaan pengungsi yang datang dari negara tersebut. 

Sebelumnya, oposisi telah lama menuntut pembuatan zona aman untuk melindungi warga sipil yang melarikan diri akibat serangan udara dan pemboman di wilayah yang dikuasai kelompok itu. Namun, hal itu tidak mendapat respons apapun dari pihak-pihak yang mendukung mereka, khususnya AS.

"Kami telah melihat pernyataan dari AS yang dibuat enam tahun lalu untuk membuat zona aman di Suriah dan terus menunggu sebelum melakukan tindakan lain," ujar seorang komandan oposisi Fares Al Bayoush. 

Meski Trump hendak merealisasikan janji tersebut, sejumlah analis meragukan hal itu. Nampaknya, saat ini pemerintahan baru di Negeri Paman Sam enggan terseret dalam konflik dengan Rusia yang menjadi sekutu utama Presiden Suriah Bashar Al Assad. 

Assad belum memberi komentar apapun terkait janji Trump. Tetapi, ia dinilai akan menetang langkah tersebut dan mengatakan Suriah harus sepenuhnya kembali dalam kendali pemerintah.

Suriah telah mengalami konflik selama hampir enam tahun. Sejumlah kelompok oposisi yang mayoritas berada di timur Aleppo mencoba menggulingkan kekuasaan Assad. Namun, saat ini pemerintah negara telah mengambil alih kembali dan rencananya pembicaraan damai antara dua pihak yang ditengahi oleh Rusia dan Turki dilakukan bulan depan, dikutip Reuters.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement