Ahad 29 Jan 2017 11:40 WIB

Zuckerberg Minta Pemerintah Tetap Buka Pintu Bagi Imigran

Rep: Wahyusuryana/ Red: Indira Rezkisari
CEO Facebook Mark Zuckerberg.
Foto: Reuters
CEO Facebook Mark Zuckerberg.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Walau terkesan lebih tenang, CEO Facebook Mark Zuckerberg, turut mengomentari larangan masuknya imigran Muslim ke AS. Itu merupakan kebijakan terbaru yang ditandatangani Presiden AS Donald Trump dan sempat diterapkan sejumlah bandara internasional.

"Amerika Serikat adalah negara imigran, dan kita seharusnya bangga akan itu," kata Zuckerberg lewat status Facebooknya, seperti dilansir Sputnik, Ahad (29/1).

Ia menekankan, AS sudah seharusnya tetap membuka pintu bagi para pengungsi dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, dan itu yang menjadi tradisi AS. Zuckerberg turut mengingatkan kalau pintu AS tertutup seperti sekarang, kemungkinan ia tidak akan bertemu sang istri Priscilla Chan.

"Jika kita berpaling dari pengungsi beberapa dekade yang lalu, keluarga Priscilla mungkin tidak akan ada di sini hari ini," ujar Zuckerberg.

Zuckerberg mengingatkan, saat ini sekitar 750 ribu imigran muda telah merasakan keuntungan dari Aksi Tangguhan untuk Anak Pendatang (DACA). Pasalnya, program itu telah memungkinkan ratusan ribu anak pengungsi untuk dapat hidup dan bekerja secara legal di AS, mengingat mereka sudah lari dari perang.

Larangan diterapkan sejak 27 Januari, dan secara khusus tanpa batasan waktu untuk tidak menerima pengungsi dari Suriah. Bahkan, secara rasial, AS telah melarang masuknya para pengungsi dari tujuh negara mayoritas Muslim lain seperti Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudah dan Yaman.

Hal itu turut diberlakukan kepada mereka yang sudah memegang visa sah atau kartu hijau, yang seharusnya memperbolehkan siapapun untuk datang ke AS secara legal. Meski begitu, larangan Trump memiliki sedikit pengecualian bagi umat beragama minoritas dari negara-negara mayoritas Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement