Jumat 10 Feb 2017 06:41 WIB

Pengungsi Justru Jadi Berkah Buat Ekonomi Kenya

Nado Mahad Abdilli membangun tempat perlindungan bagi keluarganya di Iffou 2, wilayah perluasan kamp pengungsian di Dadaab, Kenya, Senin (11/7).
Foto: AP Photo/Rebecca Blackwell
Nado Mahad Abdilli membangun tempat perlindungan bagi keluarganya di Iffou 2, wilayah perluasan kamp pengungsian di Dadaab, Kenya, Senin (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Ribuan pengungsi yang telah menetap di kamp sementara di kabupaten perbatasan Kenya Utara adalah aset dan bukan beban buat ekonomi lokal, kata Bank Dunia Kamis (9/2), dalam laporan baru yang dikeluarkan di Nairobi.

Menurut laporan Economics of Refugeees and Their Social Dynamics in Kakuma, Kenya, negara Afrika Timur itu dapat meraup keuntungan ekonomi melalui penyatuan pengungsi asing ke dalam susunan budaya dan ekonomi lokal. Kepala Ahli Ekonomi Bank Dunia dan penulis bersama laporan tersebut, Apurva Sanghi mendesak pemerintah memanfaatkan keterampilan dan bakat para pengungsi dari negara tetangga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kestabilan dan perdamaian.

"Kehadiran pengungsi di Kenya telah menjadi berkah buat ekonomi makro sebagaimana terbukti melalui permintaan yang lebih tinggi akan barang dan layanan dan penyediaan tenaga kerja terampil," kata Sanghi.

Bank Dunia dan Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) bekerja sama dalam studi itu untuk memastikan sumbangan dari orang yang kehilangan tempat tinggal dari negara tetangga buat ekonomi Kenya. Kenya adalah negara kedua penampung terbesar di Afrika setelah Ethiopia, dan statistik pemerintah menunjukkan negara tersebut menjadi tempat tinggal buat sebanyak 700 ribu pengungsi dari negara tetangganya yang dilanda pergolakan.

Para peneliti Bank Dunia menyatakan kehadiran kamp pengungsi terbesar kedua di Kenya, Kakuma, memiliki dampak positif pada sektor penting ekonomi seperti pertanian, perikanan dan perdagangan eceran di Kabupaten Turkana, tempat kamp tersebut berada.

Kesimpulan mereka mengungkapkan kehadiran pengungsi di Kabupaten Turkana, yang setengah tandus dan berkembang, mendorong seluruh penciptaan lapangan kerja dan penghasilan masing-masing sebanyak 3,4 persen dan tiga persen. Selain itu, pengungsi meningkatkan konsumsi bahan pokok lokal dan produk susu sebanyak 35 persen, dengan demikian memperluas dasar penghasilan dari petani kecil dan peternak.

Sanghi menyatakan pemelihara ternak, petani dan pedagang eceran di Kabupaten Turkana adalah peraih manfaat terbesar dengan kehadiran kamp pengungsi di wilayah mereka. "Keuntungan lain terkait dengan kehadiran kamp pengungsi di Kabupaten Turkana meliputi hasil gizi yang lebih baik buat penduduk lokal," kata Sanghi.

Ia mengatakan pemerintah mesti menanam modal pada pembangunan keterampilan buat pengungsi guna meningkatkan sumbangan mereka buat ekonomi dan perkembangan sosial. Raouf Mazou, Wakil UNHCR di Kenya, mengatakan penyatuan pengungsi asing dengan masyarakat di negara penampung mereka akan memicu perkembangan sosial-ekonomi.

"Kebijakan pemerintah mesti memfasilitasi peralihan dari dukungan darurat buat pengungsi ke keterlibatan mereka dalam pembangunan jangka panjang negara penampung mereka," kata Mazou.

Ia menyatakan pembangunan bermacam fasilitas seperti pendidikan dan kesehatan adalah kunci untuk mempercepat penyatuan pengungsi asing di Kenya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement