REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejumlah pejabat pemerintahan Inggris meyakini bahwa Rusia berada di balik rencana pembunuhan terhadap Perdana Menteri Montenegro Milo Djukanovic pada Oktober 2016 lalu. Itu dilakukan agar oposisi negara itu mendapatkan kekuasaan di pemerintahan.
Sebelumnya, seorang jaksa khusus Montenegro mengatakan bahwa sekelompok nasionalis Rusia merencanakan pembunuhan untuk mendorong kekuatan partai opsisisi. Selama ini, Djukanovic dikenal sebagai pemimpin pro-Barat yang bertentangan dengan Rusia.
Dalam sebuah surat kabar Inggris Sunday Telegraph disebutkan bahwa negara itu dan badan intelijen Amerika Serikat (AS) telah mengumpulkan bukti keterlibatan Rusia. Termasuk dalam rencana mengubah pemerintahan Montenegro.
"Saat berbicara mengenai plot pembunuhan dan cara mengambil alih pemerintahan, Anda tidak dapat membayangkan bahwa tak ada semacam proses persetujuan," ujar salah satu sumber tanpa nama dalam artikel Sunday Telegraph, Ahad (19/2).
Kementerian Luar Negeri Inggris juga mengatakan bahwa beberapa warga Rusia berada di belakang plot pembunuhan itu. Namun, Pemerintah Montenegro harus melakukan upaya hukum yang kompeten agar kasus ini dapat ditindaklanjuti dengan tepat.
Meski demikian, Rusia membantah dengan tegas keterlibatan dalam upaya pembunuhan Djukanovic dan menantang Inggris untuk menujukkan bukti kuat. Sementara sejumlah partai oposisi Montenegro juga mengatakan bahwa perdana menteri negara itu hanya mencoba menggunakan layanan keamanan untuk membantu memperpanjang kekuasaannya.