Senin 20 Feb 2017 19:27 WIB

Presiden Nigeria Bertemu Pimpinan Senat, Lanjutkan Cuti Sakit

Presiden Nigeria Muhammadu Buhari.
Foto: AP
Presiden Nigeria Muhammadu Buhari.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, Ahad malam (19/2), bertemu dengan pemimpin Senat negara itu di London, kata Twitter resmi kepresidenan, di tengah-tengah keprihatinan atas absen sebulan sang presiden dengan alasan kesehatan yang tidak diungkapkan.

Kabar tentang pertemuan Buhari dengan Presiden Senat Bukola Saraki di London itu, untuk kedua kali dalam waktu kurang dari sepekan, menurut kepresidenan, mungkin membantu meringankan kekhawatiran kesehatan pemimpin itu lebih buruk dari yang diakui pejabat.

"Pada malam ini Presiden @MBuhari bertemu dengan Presiden Senat @bukolasaraki di Rumah Abuja," kata Twitter resmi kepresidenan @NGRPresident.

Tetapi, banyak warga Nigeria skeptis dengan pengumuman tersebut sekalipun disertai foto. Kantor kepresidenan hampir setiap hari menerbitkan foto

Buhari, yang berusia 74 tahun, menerima tamu di ruang pertemuan di London. Dia menerima telepon dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin, menurut kedua pemerintahan.

Pejabat menolak mengungkapkan penyakit Buhari dan hanya mengatakan ia menjalani serangkaian pemeriksaan dan tidak dalam keadaan gawat. Sebelumnya, Presiden Nigeria dikabarkan membahas kemungkinan transaksi baru senjata dengan Presiden Donald Trump untuk membantu bangsa Afrika barat itu melawan terorisme.

Nigeria berjuang sejak 2009 melawan pemberontakan Boko Haram, yang berusaha mendirikan ISIS di bagian timur laut, yang terpencil. Kerusuhan itu telah menewaskan ribuan orang dan lebih dari dua juta orang mengungsi.

Abuja berusaha membujuk AS menjual pesawat militernya, yang sedang ditinjau Kongres. Pernyataan itu tidak memberikan rincian lainnya dari pembicaraan melalui telepon itu, yang pertama sejak pelantikan Trump, kecuali bahwa Presiden AS telah mengundang Buhari ke Washington.

Di bawah kepemimpinan Goodluck Jonathan, pendahulu Buhari, Amerika Serikat telah memblokir penjualan senjata dan mengakhiri pelatihan pasukan Nigeria karena masalah hak asasi manusia seperti perlakuan pada para pemberontak yang ditangkap.

Pejabat AS mengatakan kepada Reuters Mei lalu bahwa Washington ingin menjual hingga 12 pesawat serang ringan A-29 Super Tucano untuk Nigeria. Namun hal itu memerlukan persetujuan Kongres. Memperluas kerja sama militer dengan AS akan menjadi kemenangan untuk Buhari, yang menjabat di 2015 dengan janji menindak korupsi yang telah melemahkan angkatan bersenjata di negara Afrika yang paling padat penduduknya itu.

Di bawah kepemimpinan Buhari, Angkatan Darat merebut kembali banyak wilayah yang awalnya dikuasai Boko Haram, tapi kelompok itu masih sering melakukan serangan bunuh diri di Nigeria dan negara-negara tetangganya.

Sebelumnya, Buhari meminta parlemen memperpanjang cutinya karena alasan kesehatan. Masalah kesehatan Buhari terjadi saat para pemodal mendorong pemerintah membolehkan mata uang mengambang bebas. Mereka mengatakan nilai mata uang dipelihara kuat secara semu oleh pembuat kebijakan. Perekonomian saat ini adalah yang terburuk dalam 25 tahun di negara itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement