Rabu 01 Mar 2017 01:03 WIB

Prancis Khawatirkan Frexit Jika Le Pen Menangi Pemilu

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Pemimpin kelompok sayap kanan Prancis, Marine Le Pen.
Foto: EPA
Pemimpin kelompok sayap kanan Prancis, Marine Le Pen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Setelah keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit, Prancis mulai mengkhawatirkan terjadinya Frexit. Terlebih, calon presiden Prancis dari Partai Front Nasional, Marine Le Pen, mengatakan ada kemungkinan Prancis untuk keluar dari Uni Eropa.

Menteri Luar Negeri dan Pembangunan Internasional Prancis, Jean-Marc Ayrault, mengatakan dalam proses demokrasi selalu ada risiko yang harus diambil. Dari seluruh risiko tersebut ada hal-hal yang tidak disukai, salah satunya wacana Frexit.

"Itu kelemahan dan kesalahan yang telah ia (Le Pen) lakukan. Akan timbul masalah, misalnya angka pengangguran naik. Walaupun memang masih ada nasionalis dan pihak lain," ujar Ayrault.

Menurutnya, pasca-Brexit, Eropa juga mengalami berbagai tantangan, termasuk perubahan yang dialami Euro dalam menghadapi dolar. Selain itu, angka kemiskian hingga inflasi juga diperkirakan akan naik.

Ia menyatakan, apa yang diperjuangkan Le Pen terkait wacana Frexit adalah hal yang cukup berat. Akan tetapi Ayrault mengaku tidak bisa memberikan tanggapannya mengenai hasil pemilu, karena saat ini Prancis masih dalam masa kampanye.

"Banyak sekali negara yang bertanya kepada saya bagaimana keadaan dan masa depan Prancis," jelasnya.

Prancis akan mengadakan pemilu presiden dalam dua tahap dengan dua pasang calon. Putaran pertama akan diselenggarakan pada 23 April dan putaran kedua akan diselenggarakan pada 7 Mei mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement