Selasa 18 Sep 2012 21:47 WIB

Pangeran Harry Lolos dari Serangan Taliban di Afghanistan

Pangeran Harry.
Foto: REUTERS
Pangeran Harry.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Menteri Pertahanan Inggris, Philip Hammond mengungkapkan Pangeran Harry berhasil lolos dari upaya serangan Taliban di markas Bastion, tempat ia ditugaskan di Afghanistan. Saat ini, adik Pangerang William ini telah dipindahkan dengan pengawalan ke sebuah tempat yang aman dalam serangan , kata Menteri Pertahanan Inggris.

Dua Marinir Amerika Serikat tewas dan kerusakan bersejarah terjadi ketika penyerang bersenjata senapan, roket, dan rompi jibaku menyerbu pangkalan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di provinsi Helmand itu pada Jumat lalu.

"Pengaturan keamanan tambahan diberlakukan untuk melindungi urutan ketiga ahli waris tahta Inggris itu pada alih tugas keduanya di negeri bergolak tersebut, kata Philip Hammond kepada Newsnight BBC pada Senin (17/9) ketika ditanya tentang serangan itu.

"Jelas ada perubahan rencana dan saya tidak bisa masuk ke rinciannya, tapi setelah kami tahu pada Jumat malam bahwa batas di Bastion dilanggar, ia akan dipindahkan ke tempat aman di bawah penjagaan ketat," katanya.

Pangeran itu sekitar dua kilometer dari anggota awak lain Apache ketika pangkalan terjaga sangat ketat NATO tersebut diserang, tapi tidak dalam bahaya, kata Hammond.

Ia mengatakan bahwa sementara bangsawan berusia 28 tahun itu tidak lebih atau kurang sama terpapar jika dibandingkan dengan pilot lain Apache dalam pertempuran, ia masih di bawah perlindungan ketat.

"Ia bertugas di sana sebagai perwira biasa, tapi jelas ada tambahan keamanan di tempat yang diketahui bahwa ia bisa menjadi sasaran khusus karena siapa dia," tambah Hammond.

Meskipun Taliban bertekad membunuh Pangeran Harry, juru bicaranya kepada AFP menyatakan serangan pada Jumat itu tidak berhubungan dengan sang pangeran.

Serangan itu adalah yang pertama dalam gelombang kekerasan pada akhir pekan tersebut, yang juga mengakibatkan enam tentara NATO -dua dari mereka asal Inggris- tewas dalam penembakan diduga oleh polisi Afghanistan.

Kematian itu menjadikan 51 jumlah tentara Barat tewas oleh mitra Afghanistan mereka sejak awal tahun ini dalam kecenderungan membahayakan, karena NATO berencana melatih pasukan setempat untuk mengambil alih keamanan ketika mereka pergi.

Sebelumnya, Hammond berupaya meyakinkan anggota parlemen Inggris bahwa lonjakan serangan tidak akan menggagalkan gerakan Inggris di Afghanistan, tempat sekitar 9.500 tentara Inggris dikerahkan.

"Siasat kami jelas. Kami membimbing dan melatih tentara dan polisi Afghanistan untuk memberi keamanan kepada rakyat mereka," katanya kepada Majelis Rendah parlemen Inggris. Kita tidak bisa dan tidak akan membiarkan upaya itu gagal," tambahnya.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement