Sabtu 25 Mar 2017 05:25 WIB

Koalisi AS Serang Mosul Tengah Malam, 230 Warga Sipil Tewas

Rep: Sri Handayani/ Red: Ilham
Tentara AS berpatroli di Kota Mosul, Irak
Foto: WASHINGTON TIMES
Tentara AS berpatroli di Kota Mosul, Irak

REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Pemerintah Mosul di Irak menuntut dilakukan penyelidikan menyusul terbunuhnya ratusan warga dalam serangan koalisi Kamis, lalu. Media Arab, al-Arabiya menyebutkan, Majelis Kota Mosul menyerukan penghentian serangan udara di bagian barat kota tersebut.

Pemerintah Mosul mendeklarasikan wilayah di bagian barat kota sebagai ‘zona bencana’. Mereka mengimbau aparat sipil untuk melindungi warga.

Sekitar 230 warga, mayoritas perempuan dan anak-anak, tewas pada serangan udara tengah malam, Kamis (23/3), yang mengarah ke kota ‘al-Mosul baru’. Observatori Irak untuk Hak Asasi Manusia bahkan menyebutkan 500 orang meninggal akibat serangan koalisi selama beberapa hari terakhir.

Sementara itu, serangan militer di bagian kota telah ditunda. Pasukan gabungan tengah menyiapkan serangan lain dengan taktik baru untuk melindungi warga sipil di daerah-daerah berpenduduk.

Foxnews menyebutkan, Pentagon melaporkan lebih dari 100 orang tewas dalam serangan koalisi Amerika Serikat (AS) melawan ISIS di Mosul. “Kami menyadari adanya laporan bahwa serangan udara di Mosul telah menyebabkan korban sipil,” kata juru bicara Pentagon, Eric Pahon, dalam sebuah pernyataan.

Kesulitan menghadapi ISIS, Pemerintah Irak dan AS membentuk pasukan koalisi untuk membersihkan dan memperkuat wilayah di Irak. Pada 14 Maret, AS melakukan 7.700 serangan udara di Irak. Sebagian besar serangan tersebut diarahkan ke basis pertahanan ISIS di Mosul. Pasukan koalisi juga melakukan 3.634 serangan tambahan.

Pentagon mengumumkan akan melakukan investigasi menyusul klaim bahwa pasukan militer AS telah menyerang sebuah sekolah di Suriah Utara. Serangan itu diduga menyebabkan puluhan orang meninggal.

Pentagon belum secara resmi menyebutkan jumlah korban meninggal dari serangan terakhir di Mosul. Namun, lembaga ini mengklaim ada 220 warga meninggal di Suriah dan Irak sejak perlawanan terhadap ISIS dibuka pada 2014.

Laporan berbeda ditunjukkan kelompok pengawas independen London-based Airwars. Kelompok ini menyebut sudah 2.700 orang meninggal sejak serangan pada 2014.

Pentagon menyebut Departemen Pertahanan AS sangat memperhatikan laporan tersebut dan mengantisipasi adanya insiden seminimum mungkin. Walau demikian, mereka tidak menghentikan serangan. Komandan pasukan militer AS bahkan berniat mengirim pasukan tambahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement