Ahad 26 Mar 2017 20:02 WIB

Carrie Lam Terpilih Sebagai Pemimpin Baru Hong Kong

Carrie Lam Cheng Yuet-ngor terpilih menjadi pemimpin eksekutif Hong Kong selanjutnya dalam pemungutan suara Ahad (26/3).
Foto: REUTERS/Tyrone Siu
Carrie Lam Cheng Yuet-ngor terpilih menjadi pemimpin eksekutif Hong Kong selanjutnya dalam pemungutan suara Ahad (26/3).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Carrie Lam Cheng Yuet-ngor terpilih menjadi pemimpin eksekutif Hong Kong selanjutnya dalam pemungutan suara Ahad (26/3).

Mayoritas warga kota berpenduduk 7,3 juta orang itu tidak ambil bagian dalam memutuskan pemimpin mereka, yang dipilih dari tiga kandidat oleh 1.200 anggota Komite Pemilihan dalam pemungutan suara yang berlangsung mulai pukul 09.00 waktu setempat di Hong Kong Convention and Exhibition Center.

Lam, yang akan menjadi perempuan pemimpin eksekutif pertama ketika menduduki jabatannya pada 1 Juli, memenangi 777 suara, terpaut jauh dari pesaing terketatnya, bekas sekretaris keuangan John Tsang Chun-wah, yang hanya mengumpulkan 365 suara. Kandidat ketiga, pensiunan hakim Woo Kwok-hing, cuma mendapat 21 suara.

Di luar tempat pemungutan suara terjadi beberapa perkelahian terjadi antara pemrotes dan kontingen besar polisi, yang menggunakan barikade besi untuk menjauhkan demonstran dari lokasi.

Para aktivis mencela campur tangan Beijing di tengah meluasnya laporan mengenai lobi ke pemilih untuk mendukung Lam, daripada Tsang, melantunkan "Saya ingin hak pilih universal" ketika hasilnya diumumkan.

"Kebohongan, pemaksaan, pemutihan," demikian tulisan dalam satu spanduk protes. Satu spanduk kuning besar menyerukan demokrasi sepenuhnya digantung dari puncak Lion Rock menghadap ke kota itu.

"Pemerintah pusat mengintervensi lagi dan lagi," kata Carmen Tong, mahasiswa 20 tahun. "Ini sangat tidak adil."

Sementara itu, ratusan pendukung Lam melambaikan bendera Cina dan bersorak sorai di dalam dan luar tempat pemilihan setelah kemenangan Lam.

Sejak Hong Kong kembali ke pangkuan Cina pada 1997, Beijing secara bertahap meningkatkan kontrolnya terhadap kota itu meski Cina menjanjikan kebebasan luas dan otonomi tidak diizinkan di Cina di bawah formula satu negara, dua sistem bersama dengan janji hak pilih universal.

Banyak pihak, termasuk oposisi demokrat, khawatir Lam akan melanjutkan kebijakan ketat petahana pro-Beijing Leung Chun-ying, sosok kontroversial yang memerintahkan penembakan gas air mata ke arah demonstran pro-demokrasi tahun 2014 dan tidak terlihat membela otonomi Hong Kong atau nilai-nilai intinya.

"Dia tidak punya pondasi kuat, atau apakah dia akan berbulan madu setelah terpilih," kata ilmuwan politik Ivan Choy.

"Tapi apakah dia akan lebih lanjut membagi masyarakat kita masih harus menunggu dan melihat apa yang dia lakukan, apakah dia akan melanjutkan pendekatan Leung," katanya sebagaimana dikutip dari Antara News.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement