Rabu 29 Mar 2017 22:37 WIB

Mediator Konflik Kongo Undur Diri, Gelombang Protes Kembali Terjadi

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Polisi di Kongo.
Foto: AP Photo/John Bompengo
Polisi di Kongo.

REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Kepolisian Kongo menembakkan gas air mata kepada pengunjuk rasa di Ibu Kota Kinshasa, Selasa (28/3). Aksi protes kembali terjadi setelah uskup dari gereja Katolik di negara itu menolak menjadi mediator antara Presiden Joseph Kabila dan oposisi.

Kabila telah diminta untuk mundur dari jabatan orang nomor satu di Kongo setelah masa jabatannya berakhir pada Desember 2016 lalu. Pemilihan umum (pemilu) juga diminta untuk segera dilangsungkan guna menghentikan kekacauan di negara itu.

Kabila menjadi presiden d Kongo pada 2001 lalu. Ia mengambil alih kekuasaan setelah sang ayah meninggal. Sejak saat itu, ia dua kali memenangkan pemilu.

Setelah masa jabatan pria berusia 45 tahun itu sepenuhnya berakhir, ia menolak turun dari jabatan. Kabila bahkan membentuk pemerintahan baru bersama dengan pembelot dari partai oposisi utama, Sami Badibanga yang ditunjuk sebagai ketua kabinet negara di tengah kekacauan dan gelombang protes terus bermunculan.

Uskup gereja berperan sebagai mediator untuk membuka jalan bagi Kabila untuk dapat menyerahkan kekuasaan secara damai. Pelaksanaan perjanjian transisi politik dimediasi oleh para uskup pada 31 Desember 2016 lalu.

Namun, uskup mengumumkan tidak dapat menjadi tuan rumah pembicaraan antara Kabila dan oposisi.

"Kami berpikir tidak ada apapun yang dapat dilakukan lagi, semua waktu serta energi telah dihabiskan untuk hal ini," ujar sekretaris jendeal Cenco, organisasi para uskup, Donatien Nshole, Rabu (29/3).

Cenco telah membantu menegosiasikan kesepakatan untuk menghindari krisis politik terus berlanjut di Kongo. Para uskup juga memastikan pemilu negara itu dapat digelar tahun ini guna menentukan pengganti Kabila.

Setelah mundur dari peran sebagai mediator, Cenco berjanji untuk mengadakan aksi protes secara besar-besaran pada 10 April mendatang. Organisasi itu juga mengajak warga untuk melawan kedikatoran secara damai di seluruh wilayah negara.

"Saya menyerukan seluruh warga Kongo untuk berpartisipasi dalam pawai damai di seluruh wilayah negara, bahkan Anda yang berada di luar negara ini," jelas Nshole.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement