Sabtu 08 Apr 2017 19:15 WIB

Ratusan Warga di India Sambut Dalai Lama

Rep: Puti Almas/ Red: Yudha Manggala P Putra
Dalai Lama menyapa pengunjung di Festival Musik Glastonbury, Inggris
Dalai Lama menyapa pengunjung di Festival Musik Glastonbury, Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, TAWANG -- Pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama melakukan kunjungan ke Tawang, India pada Jumat (7/4). Ratusan warga menyambut kedatangannya dengan meriah.

Times of India melaporkan, banyak anak-anak yang berbaris dengan rapi di sepanjang jalan menunggu kedatangan Dalai Lama. Selan itu, warga lainnya juga menyambut pemimpin pemerintahan Tibet tersebut.

Dalai Lama juga dihormati sebagai pemimpin Buddha. Saat ini, Dalai Lama yang menduduki jabatannya adalah Tenzin Gyatso. Ia dijadwalkan untuk berkunjung ke salah satu vihara di salah satu daerah terpencil India. Vihara di Tawang dikenal sebagai Gaden Namgyal Lhatse Gonpha.

Banyak warga yang sangat antusias melihat kehadiran seorang Dalai Lama secara langsung. Dalam kepercayaan umat Buddha, pemimpin Tibet itu dihormati sebagai perwujudan insani dari tuhan.

Dalai Lama akan berada di Tawang selama empat hari. Setelah itu, ia akan berkunjung ke wilayah lain di India yaitu Itanagar. Ia disebut melakukan harus perjalanan ke sana dengan menggunakan helikopter.

Sementara itu, kedatangan Dalai Lama ke India mendapat kecaman dari Pemerintah Cina. Selama ini, ia dipandang oleh pemerintahan negara itu sebagai pemimpin gerakan separatis yang berbahaya.

"Cina menentang kedatangan Dalai Lama yang mendapat sambutan dari India dan mengajukan hal ini secara langsung kepada pemerintah negara itu," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying, dilansir Asian Correspondent, Sabtu (8/4),

Para pejabat India dilaporkan telah menepis kritik dari Cina. Kunjungan kedua pemimpin spiritual itu menjadi yang kedua kalinya dalam delapan tahun terakhir. Ia memiliki banyak pengikut setia di sejumlah wilayah India, diantaranya di Arunachal Pradesh.

Dalai Lama selama ini mengatakan bahwa Tibet tidak pernah meminta kemerdekaan dari Cina. Namun, wilayah itu diberikan otonomi secara khusus, tidak sepenuhnya mengikuti ketetapan yang dimiliki negara komunis tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement