Senin 10 Apr 2017 12:51 WIB

Ada Dua Ledakan, Presiden Mesir Umumkan Keadaan Darurat

Presiden Mesir Abdel Fatah Al Sisi.
Foto: Welt.de
Presiden Mesir Abdel Fatah Al Sisi.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah As-Sisi dalam pernyataan melalui televisi pada Ahad malam (9/4) mengumumkan keadaan darurat tiga-bulan di negara Arab tersebut. Pengumuman itu dikeluarkan beberapa jam setelah dua ledakan mematikan di Mesir Utara, yang menewaskan sedikitnya 44 orang dan melukai lebih dari 120 orang lagi, kebanyakan pengikut Koptik.

Serangan bom tersebut terjadi di Gereja Mar Girgis di Kota Tanta di Provinsi Gharbiya, sehingga menewaskan sedikitnya 27 orang dan melukai 78 orang lagi, sedangkan pemboman bunuh diri sesudahnya di Kota Iskandariyah di Gereja Saint Mark menewaskan 17 orang dan melukai 48 orang, kata Kementerian Kesehatan Mesir.

Pada Ahad malam, kelompok IS mengaku bertanggung-jawab atas kedua pemboman tersebut di jejaring beritanya, yang diberi nama "Amaq". As-Sisi di dalam satu pernyataan menyampaikan pengutukan paling kerasnya dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban, demikian laporan Xinhua, Senin (10/4).

Presiden Mesir tersebut juga mengumumkan tiga-hari berkabung buat korban. "Aksi teror ini ditujukan kepada negara bersama warganya --pemeluk Koptik dan orang Muslim-- dan itu takkan pernah menghancurkan tekad rakyat Mesir dan keinginan sejati mereka untuk melawan kekuatan jahat," kata As-Sisi di dalam pernyataan itu.

Sementara itu, Perdana Menteri Mesir Sherif Ismail mencela "aksi rendah pelaku teror yang ditujukan kepada keamanan rakyat Mesir dan kestabilan negara". Ia kembali meyakinkan bahwa pemerintah akan memberi semua dukungan yang diperlukan buat korban dan keluarga mereka.

Paus Tawadros II, pemimpin Gereja Ortodok Mesir yang berada di gereja yang diserang tak lama sebelum ledakan, memperlihatkan pengertian pada upaya anti-teror negara. "Rakyat Mesir bersatu dalam satu wadah untuk menghadapi aksi teror hitam sampai itu dihapuskan," kata Paus tersebut di dalam pernyataan setelah kedua pemboman tersebut.

Universitas Al-Azhar, yang berpusat di Kairo dan merupakan lembaga pengajaran Islam tertinggi di Mesir serta Dunia Muslim Sunni, mencap ledakan itu sebagai kejahatan mengerikan terhadap semua warga Mesir. Pada Ahad, Kementerian Luar Negeri Mesir dengan keras mengutuk kedua ledakan di Mesir tersebut, kata Press TV.

"Perbuatan jahat semacam itu direncanakan dan dilakukan guna menghasut pergolakan sektarian dan menciptakan ketakutan serta perpecahan di kalangan pengikut agama langit," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement