Ahad 23 Apr 2017 19:49 WIB

Pembimbing dan Tiga Pejuang Abu Sayyaf Tewas

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Agus Yulianto
Tentara Filipina (Ilustrasi)
Tentara Filipina (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOHOL -- Satu pembimbing kunci kelompok Abu Sayyaf dan tiga anggota pasukannya tewas saat pertempuran di Bohol, salah satu pulau resor di Filipina. Kelompok Abu Sayyaf dilaporkan menuju pulau tersebut untuk mempersiapkan kedatangan para wisatawan selama libur panjang akhir pekan ini. Satu pimpinan yang dinyatakan tewas itu diketahui Joselito Melloria yang diplot dalam tim penculikan di pulau tersebut.

Menurut juru bicara militer Brigjen Restituto Padilla, Melloria ditembak pasukannya menjelang sore setelah warga memberikan petunjuk tempat persembunyian mereka. "Dia jelas Melloria, dia tertembak setelah pasukan kami menemukannya di Sitio Lagsing, Barangay Bacani, Clarin, Bohol sekitar jam 13.00 (waktu setempat)," katanya.

Gubernur Bohol Edgar Chatto mengatakan, pertempuran tersebut dimulai sekitar pukul 12.45 setelah berhasil memojokkan musuh. "Saya kira mereka menggunakan gua sebagai persembunyian sementara di sana," kata Chatto. Menurutnya, kelompok Abu Sayyaf juga semakin lemah karena keterbatasan senjata jika dibandingkan pasukan militer.

Sementara itu, pertempuran kedua pecah saat malam hari, yang kemudian menewaskan tiga pasukan mereka. Menurut informasi dari CNN Filipina dikutip Asian Correspondent, Ahad (23/4), pertempuran memanas pada pukul 21.00 Sabtu (22/4). Pasukan senjata M16 dan tiga senjata M16 dengan kekuatan tinggi digunakan dalam serangan tersebut.

Pertempuran Bohol yang pertama membawa tiga tentara serta enam anggota Abu Sayyaf ke kota Inabanga. Setelah mengalami kebuntuan, militer mengatakan akan melanjutkan operasi dengan mengejar musuh yang berhasil kabur dari baku tembak tersebut.

Pasukan militer masih mengejar tiga anggota pasukan Abu Sayyaf yang diklaim sebagai kelompok terakhir yang dipimpin Abu Rami itu. Abu Rami atau yang dikenal dengan nama Muamar Askali itu tewas saat pertempuran pertama dengan militer Filipina pada 11 April lalu.

Kelompok itu juga mengaku bertanggung jawab atas penyanderaan warga Jerman Jurgen Kantner. Kantner dipenggal pada Februari setelah keluarganya tidak bisa membayar uang tebusan yang diminta sebesar 600 ribu dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement