Ahad 30 Apr 2017 09:04 WIB

Massa Paksa Tutup Dua Madrasah di Myanmar

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bilal Ramadhan
Anak laki-laki Muslim Rohingya berdiri di desa U Shey Kya luar Maungdaw di negara bagian Rakhine, Myanmar 27 Oktober 2016. Gambar diambil tanggal 27 Oktober 2016.
Foto: Reuters/ Soe Zeya Tun
Anak laki-laki Muslim Rohingya berdiri di desa U Shey Kya luar Maungdaw di negara bagian Rakhine, Myanmar 27 Oktober 2016. Gambar diambil tanggal 27 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Khawatir akan kekerasan, dua sekolah agama Islam di Yangon ditutup usai ancaman dari gerilyawan anti-Muslim. Mereka mengklaim mendapat info kalau sekolah-sekolah itu hendak dioperasikan sebagai masjid.

Sumber dari Kepolisian mengatakan lebih dari 100 orang yang dipimpin biksu ultra-nastionalis Buddha berkumpul Jumat (28/4) malam di Yangon Tharkayta Township. Mereka memaksa pihak berwenang segera menutup dua madrasah Muslim di sana.

"Dua sekolah ditutup sementara waktu," kata seorang perwira senior di Kepolisian Yangon yang meminta tidak disebutkan namanya dengan alasan keamanan kepada Anadolu Agency melalui sambungan telfon, Ahad (30/4).

Ia menuturkan, keputusan itu dibuat usai perundingan antara pemerintah daerah dan pemimpin Muslim setempat. Mereka melakukan penutupan tanpa ada keputusan pengadilan karena ingin mencegah konflik supaya tidak berlanjut.

Kepala salah satu madrasah yang ditutup, Tin Shwe menuturkan kalau daerah itu sendiri merupakan rumah bagi satu masjid dan tiga madrasah. Semuanya telah beroperasi dengan izin resmi selama beberapa dekade terakhir. "Saya mengerti (keputusan oleh) otoritas mengenai situasi tadi malam," ujar Tin Shwe.

Massa diyakini telah siap untuk menghancurkan atau membakar sekolah, kecuali pihak berwenang mengabulkan tuntutannya. Sebelumnya, gerakan anti-Muslim sendiri telah terjadi usai kekerasan komunal mengemuka di Rakhine pada 2012 lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement