Senin 01 May 2017 04:03 WIB

Anti-Islam Kian Meresahkan, Dua Madrasah di Yangon Terpaksa Ditutup

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Esthi Maharani
 Umat muslim melaksanakan shalat Jumat di sebuah masjid di Kota Yangon, Myanmar (6/11) / Ilustrasi (AP/Gemunu Amarasinghe)
Foto: AP/Gemunu Amarasinghe
Umat muslim melaksanakan shalat Jumat di sebuah masjid di Kota Yangon, Myanmar (6/11) / Ilustrasi (AP/Gemunu Amarasinghe)

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON — Dua sekolah Islam yang berada di Yangon, Myanmar, terpaksa ditutup. Keputusan tersebut diambil oleh para pengelola sekolah lantaran merasa khawatir dengan aksi kekerasan yang mungkin dilakukan oleh kelompok biksu anti-Muslim yang belakangan ini gerakannya semakin meresahkan.

Pada Jumat (28/4) malam lalu, lebih dari 100 orang yang dipimpin oleh para biksu Buddha ultranasionalis Myanmar berkumpul di kawasan Tharkayta, Yangon. Gerakan kelompok tersebut memaksa pihak berwenang setempat menutup dua madrasah di kota itu dalam waktu cepat.

“Dua sekolah harus ditutup untuk sementara waktu,” ujar seorang polisi senior di Yangon kepada kantor berita Anadolu, akhir pekan lalu.

Polisi yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan, keputusan menutup dua madrasah itu diambil setelah melalui proses perundingan antara pemerintah daerah dan para pimpinan Muslim setempat.

“Kami menutup dua madrasah itu tanpa adanya keputusan pengadilan, karena kami ingin mencegah konflik yang tidak perlu lebih lanjut,” kata polisi itu lagi.

Di kawasan Tharkayta sendiri terdapat satu masjid dan tiga madrasah yang telah beroperasi selama beberapa dasawarsa. Seluruh bangunan publik milik komunitas Muslim itu juga mengantongi izin resmi dari pemerintah Myanmar.

“Saya dapat memahami keputusan (penutupan dua sekolah Islam di Tharkayta) ini, dikarenakan situasinya yang memang buruk. Namun kami merasa tidak nyaman (dengan gerakan kaum ultranasionalis Myanmar),” kata pimpinan salah satu madrasah yang ditutup, Tin Shwe.

Gerakan anti-Muslim yang dimotori oleh kelompok biksu ultranasionalis telah meningkat di Myanmar selama beberapa tahun belakangan ini. Kekerasan terhadap Muslim di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Budha itu mulai mencuat sejak meletusnya konflik komunal di negara bagian Rakhine pada 2012.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement