Selasa 16 May 2017 15:48 WIB

Pulau Warisan Dunia UNESCO Dipenuhi Sampah Plastik Hingga 17 Ton

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Sampah plastik, ilustrasi
Sampah plastik, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, HENDERSON -- Pulau Henderson, sebuah daratan kecil di Pasifik Selatan bagian timur, ditemukan memiliki kerapatan puing-puing antropogenik tertinggi yang pernah tercatat, sebesar 99,8 persen. Pulau tak berpenghuni ini merupakan salah satu tempat paling terpencil dan paling tercemar di dunia.

Menurut ilmuwan kelautan dari University of Tasmania dan Royal Society for the Protection of Birds Inggris, hampir 38 juta sampah plastik seberat 17,6 ton menumpuk di pulau ini. Fakta tersebut menjadi bukti tingginya tingkat pencemaran plastik di lautan.

Sebagian besar puing, kira-kira 68 persen, bahkan tidak terlihat. Sebanyak 4.500 sampah terkubur hingga kedalaman 10 cm. Sekitar 13 ribu sampah baru diperkirakan 'terdampar' di pulau itu setiap harinya.

Jennifer Lavers, dari Institut Studi Kelautan dan Antartika University of Tasmania, mengatakan volume murni polusi plastik di Henderson telah menantang harapannya. "Saya telah pergi ke beberapa pulau paling jauh di dunia. Terlepas dari kemana saya pergi, pada tahun berapa, dan di wilayah mana, pada umumnya hal yang saya temukan sama: pantai dipenuhi dengan bukti aktivitas manusia. Namun, yang terjadi di Pulau Henderson sangat luar biasa," kata dia kepada The Guardian.

Lavers menemukan ratusan kepiting tinggal di dalam sampah, seperti tutup botol dan plastik kosmetik. Ia bahkan menemukan kepiting yang tinggal di dalam kepala sebuah boneka.

"Itu sangat aneh. Begitulah perasaan saya tentang semua kepiting ini, kami tidak menyediakan rumah bagi mereka. Plastik ini sudah lama, warnanya sudah pudar. Sungguh sangat tragis melihat kepiting cantik ini hidup di dalamnya," ungkap Lavers.

Pulau Henderson merupakan pulau terbesar yang ada di gugusan Kepulauan Pitcairn. Pulau ini adalah salah satu situs warisan dunia UNESCO yang terdaftar dan salah satu dari sedikit pulau di dunia yang ekologinya tidak tersentuh oleh manusia.

Pulau ini menunjukkan keanekaragaman hayati yang luar biasa karena hanya mencakup 3.700 hektare, dengan 10 spesies tanaman endemik dan empat spesies burung darat. Pengisolasiannya sampai saat ini memberikan perlindungan dari aktivitas manusia.

Lavers mengatakan, temuannya membuktikan tempat ini tidak aman dari polusi plastik. "Semua pelosok dunia sudah terkena dampaknya," ujar dia.

Pulau-pulau terpencil berfungsi sebagai sentinel untuk kesehatan ekosistem laut, yang bertindak untuk menyaring lautan. Keadaan Henderson menunjukkan besarnya tingkat masalah terkait plastik diproduksi secara global.

"Kami menemukan botol dari Jerman, plastik dari Kanada, saya pikir itu adalah alat memancing dari Selandia Baru. Kita semua memiliki tanggung jawab dalam hal ini, dan kita harus memperhatikannya," kata Lavers.

Pada Februari lalu, para ilmuwan melaporkan tingkat pencemaran toksik yang luar biasa di parit Mariana. Limbah plastik memfasilitasi penyebaran bahan kimia industri ke salah satu tempat yang paling terpencil dan tidak dapat diakses di planet ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement