Selasa 16 May 2017 16:54 WIB

Teknologi Rudal Korut Berkembang Lebih Cepat dari Perkiraan

Foto rilis dari pemerintah Korea Utara menggambarkan Kim Jong Un meninjau percobaan rudal balistik jarak jauh  Hwasong-12 (Mars-12) diluncurkan militer Korea UtaraKC
Foto: KCNA/Reuters
Foto rilis dari pemerintah Korea Utara menggambarkan Kim Jong Un meninjau percobaan rudal balistik jarak jauh Hwasong-12 (Mars-12) diluncurkan militer Korea UtaraKC

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Program persenjataan rudal Korea Utara berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan, kata seorang menteri Korea Selatan pada Selasa (16/5). Pernyataan itu mengemuka hanya beberapa jam setelah Dewan Keamanan PBB meminta Pyongyang untuk menghentikan semua uji coba nuklir dan senjata.

Korea Utara saat ini memang tengah mengembangkan rudal berhulu ledak nuklir dengan jangkauan mencapai daratan Amerika Serikat. Komunitas internasional, bahkan sekutu dekat Pyongyang, Cina, sudah berulangkali meminta negara tersebut menghentikan program tersebut. Demikian pula dengan Amerika Serikat yang mengatakan era kesabaran strategis sudah usai.

Lalu pada Selasa, Menteri Pertahanan Korea Selatan, Han Min-koo, mengatakan tetangganya di utara telah sukses menjalankan uji coba rudal kendali pada Ahad lalu. "Rudal kendali itu punya daya jangkau menengah dengan teknologi yang lebih canggih dibanding rudal Musudan yang sudah berulangkali gagal," kata dia, merujuk pada kategori senjata yang mampu terbang sejauh 3.000 sampai 4.000 Km.

Saat ditanya apakah program rudal Korea Utara tengah mengalami kamajuan dari perkiraan, Han menjawab: "Ya." Kantor Berita Korea Utara KCNA pada Senin memberitakan peluncuran terbaru bertujuan menguji coba kemampuan rudal untuk menerbangkan hulu ledak nuklir berukuran besar.

Rudal itu terbang sejauh 787 Km dan sempat mencapai ketinggian 2.111,5 Km. Pyongyang sendiri sudah berulangkali mengancam akan menghancurkan Amerika Serikat, karena dianggap memprovokasi kawasan semenanjung Korea dengan menggelar latihan militer bersama Korea Selatan dan Jepang.

Dalam sebuah pernyataan bersama, sebanyak 15 anggota Dewan Keamanan PBB menekankan pentingnya Korea utara untuk menunjukkan komitmen penuh terhadap upaya denuklirisasi melalui tindakan nyata dan meredakan ketegangan. "Demi tujuan tersebut, Dewan Keamanan meminta Republik Rakyat Demokrasi Korea (nama resmi Korea Utara) untuk tidak melakukan kembali uji coba nuklir dan rudal kendali," kata DK PBB.

Dalam pernyataan yang sama, DK PBB juga mengecam peluncuran rudal kendali oleh Pyongang pada 28 April lalu. Merespons uji coba senjata berulang tersebut, Washington kini tengah berunding dengan Cina untuk menerapkan sanksi baru terhadap Pyongyang.

DK PBB untuk pertama kalinya menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara pada 2006 dan terus memperbesar sanksi setelah Pyongyang lima kali menggelar uji coba nuklir sebanyak lima kali dan dua roket berdaya jelajah jauh. Pyongyang menanggapi dengan mengancam akan kembali melakukan tes senjata nuklir.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin mengatakan menentang semua negara yang ingin mengembangkan senjata nuklir. Namun dia menekankan bahwa dunia seharusnya berunding dengan Korea Utara, alih-alih mengancamnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement