Ahad 21 May 2017 04:53 WIB

Mahasiswa Harvard Ciptakan Lagu Sebagai Tesisnya

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Andri Saubani
Salah satu gedung kampus Harvard, Amerika Serikat.
Foto: Reuters
Salah satu gedung kampus Harvard, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, MASSACHUSETTS – Obasi Shaw, seorang mahasiswa Universitas Harvard, tidak mengumpulkan tesis sebagai syarat kelulusannya dengan cara yang biasa. Alih-alih menulis laporan penelitian ilmiah, Shaw menggubah sejumlah lagu bergenre rap. Ia menghimpun lagu-lagu karyanya itu ke dalam album bertajuk “Liminal Minds.”

Nantinya, Shaw akan menjadi mahasiswa pertama di kampus tersebut yang lulus dengan tesis berupa album lagu.

The Telegraph, Sabtu (20/5), melaporkan, Harvard menerima tesis bukan hanya dalam bentuk tulisan ilmiah, melainkan juga karya sastra. Album “Liminal Minds” sukses mengantarkan Obasi Shaw meraih gelar kelulusan “cukup memuaskan” atau summa cum laude minus dari Harvard. Total 10 lagu di dalam “Liminal Mind” mencakup tema diskriminasi terhadap kelompok kulit hitam.

"(Bangsa Afro-Amerika) memang hidup bebas, tetapi masih merasakan dampak dari perbudakan di masa lalu. Setiap lagu di album tersebut mengeksplorasi situasi antara perbudakan dan kebebasan,” kata Shaw saat diwawancarai the Telegraph, Sabtu (20/5).

Obasi Shaw merupakan warga AS kelahiran Atlanta. Sejak kecil, ia mendapatkan pendidikan yang cukup baik dari kedua orang tuanya, yang juga lulusan Harvard.

Dia mengaku, ide untuk menggubah lagu-lagu rap tersebut datang dari sosok ibunya. Sejak kanak-kanak, Shaw senang mendengarkan lagu rap dengan tema Kristiani. Ia juga mengidolakan beberapa penyanyi rap, seperti Kendrick Lemar dan Chance the Rapper.

Baginya, musik rap dapat menyuarakan perjuangan persamaan hak rasial, identitas kulit hitam, dan kebebasan beragama. Dalam sebuah lagunya yang berjudul Bukalah Kedua Matamu, Shaw mengajak pendengarnya untuk bersikap kritis terhadap penguasa dan dunia industri.

“Beberapa orang kurang mengapresiasi musik rap karena dinilainya bukanlah bentuk seni adiluhung. Namun, puisi dan rap sebenarnya sangat mirip. Sajak-sajak yang ritmis sangat mudah dijumpai dalam genre puisi klasik Inggris,” tegas Shaw.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement