Selasa 23 May 2017 20:14 WIB

Indonesia-Kanada Jajaki Kerja Sama Kelautan dan Lingkungan

Ilustrasi.
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri RI sedang menjajaki kerja sama di bidang kelautan, lingkungan, dan penanggulangan radikalisme dengan Kanada.

Ketiga sektor tersebut dianggap penting untuk digarap dalam bentuk kerja sama, selain sektor ekonomi dan perdagangan, mengingat kesamaan karakteristik kedua negara yang memiliki sumber daya kelautan melimpah.

"Kanada merupakan salah satu negara yang memiliki pantai terpanjang di dunia, Indonesia sendiri nomor tiga. Di bidang kelautan Kanada juga memiliki 'blueprint' kebijakan kelautan yang bagus yang dapat dimanfaatkan juga oleh Indonesia untuk mengembangkan ekonomi kelautan kita," ujar Direktur Amerika I Kemlu Adam Mulawarman Tugiyo di sela-sela peresmian perayaan Ulang Tahun ke-150 Kanada di Jakarta, Selasa (23/5).

Sementara di bidang lingkungan khususnya penanggulangan kebakaran hutan, Kanada yang sama seperti Indonesia memiliki lahan gambut cukup luas, dinilai mempunyai kemampuan pengelolaan hutan yang baik.

Peningkatan kerja sama dengan Kanada dalam sektor ini diperlukan agar Indonesia bisa mengurangi potensi kebakaran hutan, khususnya di lahan gambut.

Dalam hal penanggulangan radikalisme, Universitas McGill di Montreal memiliki pusat studi Islam yang dapat menjadi tujuan belajar para doktor dan ahli agama Islam yang akan membantu proses penanggulangan radikalisme dan deradikalisasi di Tanah Air, melalui koordinasi di bawah Kementerian Agama RI.

"Dengan begitu kita bisa saling bertukar pengalaman bagaimana menyebarluaskan toleransi dan kebhinekaan, karena salah satu kunci keberhasilan 150 Tahun Kemerdekaan Kanada adalah kebhinekaan tadi. Kanada itu kan multikultur seperti halnya Indonesia," ujar Adam.

1300 mahasiswa Indonesia

Saat ini terdapat sekitar 1.300 mahasiswa Indonesia di Kanada, dan tahun lalu tercatat kenaikan 30 persen untuk permohonan izin belajar. Kecenderungan para pelajar Indonesia memilih Kanada, menurut Adam, dipengaruhi faktor pengetatan masuknya warga negara asing khususnya di Amerika Serikat.

"Mungkin karena dampak pengetatan di beberapa negara khususnya di Amerika sehingga Kanada menjadi lebih atraktif untuk tujuan sekolah," kata dia.

Duta Besar Kanada untuk Indonesia Peter MacArthur dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa persahabatan antara kedua negara telah lama terjalin, bahkan sebelum hubungan diplomatik secara resmi dibuka pada Oktober 1952.

Pada 1948, Duta Besar Kanada untuk PBB Jenderal Andrew McNaughton memainkan peran kunci dalam pengambilan resolusi yang mengantarkan pada pengakuan internasional atas kedaulatan Indonesia. "Hubungan bilateral telah berkembang pesat selama lebih dari 65 tahun, sejak kunjungan Presiden Soekarno ke Kanada pada 1956 ketika beliau menjadi pemimpin Asia pertama yang menyampaikan pidato di hadapan parlemen Kanada," ujar Dubes MacArthur.

Komunikasi antara pemimpin kedua negara terus berlanjut hingga kini saat pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Justin Trudeau di sela-sela KTT G20 pada November 2015.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement