Jumat 26 May 2017 02:23 WIB

'Komodo Main Musik' Diluncurkan di Paris

Komodo
Foto: dok. Humas KLHK
Komodo

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kantor Delegasi Tetap Indonesia untuk Unesco menggelar peluncuran buku berjudul "Komodo Mau Main Musik" yang ditulis dalam tiga bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Inggris dan Prancis di Kantor Delegasi Tetap untuk UNESCO di Paris, Prancis, Rabu (25/5) waktu setempat.

Penulis Buku "Komodo Mau Main Musik" Felicia Nayoan Siregar kepada Antara London, Kamis mengatakan, buku ini berkisah tentang seekor komodo yang ingin bermain alat musik Indonesia.

Buku ini ditulis bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke anak-anak berusia tiga hingga delapan tahun di seluruh dunia.

Selain tokoh utama Komodo, buku yang penerbitannya didukung Kantor Delegasi Tetap Indonesia untuk Unesco di Paris menghadirkan tokoh orangutan serta seorang anak remaja Indonesia dengan latar belakang budaya dan alam Indonesia.

Duta Besar/Deputi Wakil Tetap indonesia untuk Unesco TA Fauzi Soelaiman yang mewakili Dubes RI di Paris Hotmangaradja Pandjaitan mengatakan, buku ini memperkenalkan binatang langka dari Indonesia, seperti orangutan dan komodo serta berbagai instrumen musik Indonesia antara lain angklung, suling, sasando dan gamelan kepada anak-anak.

Peluncuran buku ini bertepatan dengan peringatan 40 tahun Taman Nasional Komodo tercatat dalam Uneso Jejaring Dunia Cagar Biosfir dan 26 tahun tercatat di Warisan Budaya Alam Dunia di Unesco.

Peluncuran buku diikuti dengan penuturan cerita "Komodo Mau Main Musik" oleh Felicia Nayoan Siregar dan ilustrator Astri Sefrina van Eenbergen kepada belasan anak di tempat Penitipan Anak untuk staf Unesco. Selain mendengarkan, mereka juga melihat beberapa alat musik Indonesia dan mendengar bunyinya serta melihat boneka orangutan dan komodo.

Buku "Komodo Mau Main Musik" berkisah tentang seekor komodo yang ingin bermain alat musik Indonesia, namun tidak memungkinkan karena tangannya terlalu panjang untuk memainkan sasando, alat musik dari Nusa Tenggara Timur.

Dia juga tidak bisa memainkan angklung karena tubuhnya terlalu berat untuk berdiri dalam waktu lama. Dia sempat kecewa karena keterbatasannya, namun kedua temannya, orangutan si Pirok dan remaja pria Antar, tidak putus asa.

Akhirnya Komodo dapat bermain gong dan akhirnya menggelar konser musik di Pulau Komodo.

Dalam kata pengantar buku, Dubes Fauzi Soelaiman menyebutkan buku tidak saja memperkenalkan berbagai budaya Indonesia, tetapi juga mengajarkan anak untuk tidak mudah menyerah.

Menurut Felicia, buku ini merupakan buku kedua dari lima buku yang direncanakannya.

Buku pertama diluncurkan tahun 2013 di London, Inggris, dengan dukungan Atase Pendidikan KBRI London yang pada saat itu juga dijabat Fauzi Soelaiman. Buku yang menceritakan mengenai anak orangutan yang terbawa ke kota ini habis dibagikan kepada berbagai pihak terutama untuk sekolah-sekolah di Inggris.

Sementara itu, ilustrator Astri menjelaskan metodologi pembuatan ilustrasi dengan menggabungkan berbagai media sehingga dihasilkan ilustrasi yang unik. Peluncuran buku dihadiri diplomat dari berbagai negara, termasuk Dubes dari Tiongkok, Vietnam, Iran, Serbia dan Nigeria.

Delegasi lainnya, antara lain, Thailand, Palestina, Kuwait, Pakistan, Brunei, Filipina dan Saudi Arabia.

Selain itu, staf diplomat KBRI Paris serta belasan anak-anak berusia dari 3 hingga 8 tahun siswa dari tempat Penitipan Anak-anak Staf UNESCO dari berbagai negara.

Di akhir acara, undangan disuguhi makanan Indonesia seperti nasi goreng, sate lilit ikan, martabak dan risoles, sebagai bagian dari program diplomasi kuliner Kantor Delegasi Tetap Indonesia untuk Unesco.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement