Jumat 26 May 2017 17:39 WIB

Uni Eropa Kecam Serangan Teroris Kampung Melayu

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Tim Inafis membawa sejumlah barang bukti usai penggeledahan rumah salah satu terduga teroris terkait bom Kampung Melayu di kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (26/5).
Foto: Antara/Novrian Arbi
Tim Inafis membawa sejumlah barang bukti usai penggeledahan rumah salah satu terduga teroris terkait bom Kampung Melayu di kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (26/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam serta Kedutaan Besar Negara-negara Anggota Uni Eropa mengecam serangan teroris yang terjadi di Terminal Bus Kampung Melayu pada 24 Mei.

"Kami menyampaikan pula belasungkawa kepada keluarga dan rekan-rekan para korban serta pihak berwenang dan masyarakat Indonesia. Kami berharap semua yang terluka akibat serangan tersebut dapat segera pulih," demikian keterangan resmi dari Uni Eropa di Jakarta, Jumat (26/5).

Uni Eropa menyampaikan apresiasi kepada aparat penegak hukum Indonesia atas kewaspadaan dan tindakan sehingga berhasil mencegah terjadinya banyak serangan selama ini, dan kepada para polisi yang telah kehilangan nyawa mereka dalam menjalankan tugas.

Dalam pernyataan tersebut, Uni Eropa juga menegaskan keinginannya ikut bersatu melawan terorisme. Dua ledakan bom yang terjadi di Terminal Bus Kampung Melayu pada Rabu malam (24/5) mengakibatkan lima orang meninggal dunia dan 11 orang lainnya luka-luka.

Dua pelaku bom bunuh diri yang diidentifikasi bernama Ichwan Nurul Salam dan Ahmad Sukri meninggal seketika. Selain menyebabkan dua pelaku tewas, ledakan bom juga menyebabkan tiga korban polisi yakni Bripda Taufan Tsunami, Bripda Ridho Setiawan dan Bripda Imam Gilang Adinata, gugur saat bertugas.

Korban yang mengalami luka-luka berjumlah 11 orang yang terdiri atas enam polisi dan lima warga sipil. Saat ini, kepolisian masih terus menyelidiki kasus untuk mencari dalang dan motif di balik teror bom yang kembali melanda Jakarta, setelah ledakan bom Sarinah yang terjadi pada awal 2016.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement