Sabtu 27 May 2017 10:47 WIB

AS Siapkan Larangan Warganya Melancong ke Korea Utara

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Budi Raharjo
Suasana di Pyongyang, Korea Utara
Foto: Reuters/Damir Sagolj
Suasana di Pyongyang, Korea Utara

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Dua anggota Kongres AS mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) North Korea Travel Control, pada Kamis (25/5), untuk melarang warga AS bepergian ke Korea Utara. RUU itu bertujuan untuk memotong pemasukan mata uang asing ke pemerintahan Kim Jong-un dan mencegah Korea Utara menahan lebih banyak warga AS.

"Kunjungan wisatawan AS ke Korea Utara tidak akan memberikan apa-apa selain memberikan aliran dana ke rezim tirani itu. Pada gilirannya, dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan senjata yang mengancam AS dan sekutu kita," kata Republikan Joe Wilson, dalam sebuah pernyataan.

"Lebih buruk lagi, rezim tersebut secara rutin memenjarakan warga sipil asing yang tidak berdosa dan menggunakannya sebagai tebusan untuk mendapatkan kredibilitas dari Barat," tambah dia, dikutip CNN.

RUU tersebut akan mewajibkan perizinan khusus bagi warga Amerika yang hendak bepergian ke Korea Utara. Selain itu, lisensi untuk turis juga tidak akan dikeluarkan.

Perwakilan Demokrat, Adam Schiff, yang memperkenalkan RUU tersebut dengan Wilson, turut memperingatkan bahwa meningkatnya ketegangan antara AS dan Korea Utara juga meningkatkan bahaya terhadap warga AS di negara itu. Mereka dengan mudah akan ditahan karena alasan politik.

Jika RUU tersebut berhasil disahkan menjadi Undang-Undang, maka akan menjadi kabar buruk bagi turis AS yang ingin mengunjungi negara tirani itu. Akan tetapi, Undang-Undang itu tidak akan banyak berdampak pada perkonomian Korea Utara, yang sangat bergantung pada Cina.

Koryo Group, sebuah agen wisata berbasis di Beijing yang telah menyelenggarakan tur ke Korea Utara sejak 1993, memperkirakan ada sekitar 100 ribu wisatawan yang mengunjungi negara itu setiap tahun. Sebanyak 95 persen di antaranya adalah warga Cina.

Koryo, yang mengklaim sebagai agen wisata terbesar yang didedikasikan untuk turis non-Cina, mengatakan hanya ada sekitar 2.000 pelancong dari negara lain yang datang ke Korea Utara setiap tahun. Sebanyak 20 persen di antaranya adalah warga Amerika.

"Program senjata Korea Utara tidak akan berhenti karena hilangnya beberapa ratus turis dalam setahun," ujar Simon Cockerill, general manager Koryo kepada CNN Money.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri AS telah memperingatkan warga AS untuk tidak bepergian ke Korea Utara. Mereka akan menghadapi risiko penahanan jangka panjang yang serius di bawah sistem penegakan hukum Korea Utara.

Sedikitnya 16 warga AS telah ditahan di negara itu dalam satu dekade terakhir. Saat ini, masih ada empat warga AS yang berada di tahanan Korea Utara dan penahanan diperkirakan masih akan terus berjalan.

Langkah tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya menekan Korea Utara untuk menghentikan program senjata nuklirnya. Serangkaian tindakan dalam beberapa bulan terakhir telah dilakukan oleh AS, Cina, dan negara-negara lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement