Senin 29 May 2017 13:18 WIB

Rudal Korut Mendarat di Zona Ekonomi Jepang

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
Warga Korea Selatan menyaksikan berita mengenai uji coba rudal Korea Utara di Seoul.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji
Warga Korea Selatan menyaksikan berita mengenai uji coba rudal Korea Utara di Seoul.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak pendek pada Senin (29/5) waktu setempat. Militer Korea Selatan dan pemerintah Jepang, dilansir dari New York Times, rudal tersebut menempuh jarak 280 mil dan mendaratdi zona ekonomi eksklusif Jepang dimana kegiatan menangkap ikan dan perkapalan aktif.

Ini merupakan uji coba rudal terbaru yang dilakukan Pyongyang yang menentang tekanan dunia dan ancaman sanksi yang lebih banyak.

Menurut informasi dari pejabat Korea Selatan, rudal tersebut diyakini sebagai rudal balistik kelas Scud dan terbang sekitar 450 kilometer. Korut memiliki rudal balistik jarak pendek yang besar yang awalnya dikembangkan oleh Uni Soviet.

Peluncuran rudal balistik tersebut menyusul dua uji coba rudal jarak menengah sampai jarak jauh Korut dalam beberapa pekan, termasuk uji coba rudal balistik dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam upaya untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu menyerang daratan Amerika Serikat.

Baca: Jepang-AS akan Ambil Tindakan Terkait Peluncuran Rudal Korut

Ini adalah uji coba rudal yang ketiga kalinya sejak Presiden liberal Korea Selatan Moon Jae-in mulai menjabat pada 10 Mei lalu. Moon pernah menjanjikan akan melakukan dialog dengan Korea Utara. Menurut dia, sanksi dari PBB telah gagal menyelesaikan ancaman yang terus meningkat dari program nuklir dan rudal dari Korea Utara.

Korea Utara telah melakukan puluhan uji coba rudal dan menguji dua bom nuklir sejak awal 2016 yang menentang resolusi Dewan Keamanan PBB. Korut mengatakan program tersebut diperlukan untuk melawan agresi AS.

Sementara Komando Pasifik AS mengaku telah melacak rudal balistik jarak pendek tersebut selama enam menit. Menurutnya rudal balistik itu tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Utara.

AS sedang mempertimbangkan untuk mendiskusikan dengan Cina mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB yang baru. Sedangkan Bejing yang merupakan sekutu diplomatik utama Korut menyadari hanya ada sedikit waktu untuk mengendalikan program senjata Korut tersbut melalui jalan negosiasi.

Menteri Pertahanan AS Jim Mattis memperkirakan, jika diplomasi gagal dilakukan, kemungkinan akan terjadi pertempuran terburuk yang pernah ada. “Rezim Korea Utara memiliki ratusan meriam artileri dan peluncur roket yang terbentang seluas satu kota terpadat di bumi, yang merupakan ibu kota negara Korea Selatan,” kata Mattis dalam program berita Face the Nation CBS, dikutip Reuters, Senin (29/5). “Dan jika terjadi perang, mereka juga akan membawa bahaya ke Cina dan Rusia.”

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement