Kamis 01 Jun 2017 07:28 WIB

Telepon Presiden Afghanistan, Trump Sampaikan Duka Bom Kabul

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Bayu Hermawan
Donald Trump
Foto: AP
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden AS Donald Trump menyampaikan duka cita yang mendalam kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dalam sebuah percakapan telepon, Rabu (31/5). Ia menelepon Presiden Ghani beberapa jam setelah serangan bom mengguncang ibukota Kabul di Afghanistan.

"Trump mengutuk serangan yang terjadi pada bulan suci Ramadhan tersebut, dan mengatakan bahwa sifat barbar para teroris itu merupakan musuh semua orang yang beradab," kata penyataan resmi yang dikeluarkan Gedung Putih, dilansir dari Anadolu.

Menurut Gedung Putih, Trump memuji pemerintah Afghanistan yang bekerja cepat untuk memberikan perawatan bagi mereka yang terluka. "Dia juga memuji pasukan keamanan pemerintah Afghanistan atas usaha mereka yang teguh untuk membela orang-orang Afghanistan dari musuh yang berusaha untuk mengganggu keamanan dan kemakmuran yang sangat layak mereka dapatkan," tulis Gedung Putih.

Sedikitnya 80 orang tewas dan lebih dari 300 lainnya luka-luka, setelah bom truk besar meledak di jantung Kota Kabul pada Rabu (31/5) pagi. Sebagian besar dari korban tewas dan terluka yang dilaporkan adalah warga sipil.

Ledakan itu terjadi di dekat pusat diplomatik kota dan Istana Kepresidenan Afghanistan. Ledakan yang sangat kuat sampai mengguncang tanah dan menghancurkan kaca bangunan di berbagai penjuru kota.

Serangan tersebut dilakukan saat Afghanistan akan menyelenggarakan konferensi internasional "Kabul Initiative". Konferensi ini bertujuan untuk memaksimalkan semua upaya penyelesaian konflik secara damai di negara tersebut.

Juru bicara Kantor Kepala Eksekutif di Pemerintahan Persatuan Nasional (NUG), Javed Faisal, mengatakan konferensi 'Kabul Initiative' akan dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi dari Afghanistan, AS, PBB, Uni Eropa, Norwegia, Kanada dan Asia Tengah.

Dia menekankan, semua solusi konflik politik dan upaya damai di Afghanistan harus dimiliki oleh orang Afghanistan dan juga dilakukan oleh orang Afghanistan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement