Jumat 02 Jun 2017 12:03 WIB

PBB: Kekecewaan Besar AS Keluar dari Perjanjian Paris

Rep: Frederikus E Bata/ Red: Indira Rezkisari
Presiden AS, Donald Trump
Foto: AP
Presiden AS, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Keputusan Amerika Serikat menarik diri dari Perjanjian Paris mendatangkan reaksi dari PBB. Pada Kamis (1/6), Juru bicara Sekjen PBB (Antonio Guterres), Stephane Dujarric mengatakan hal tersebut merupakan kekecewaan besar bagi usaha dunia mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromiskan keamanan global.

Meski demikian, Guterres, menurut Dujarric tetap yakin, AS memiliki komitmen menjaga keseimbangan iklim. "Kota, negara bagian, dan semua bisnis di AS bersama dengan negara lain, akan menunjukkan visi dan kepemimpinan dengan bekerja untuk pertumbuan ekonomi yang rendah karbon dan elastis. Juga menciptakan lapangan kerja dan pasar yang berkualitas, untuk kemakmuran Abad Ke-21," kata jubir sang Sekjen, dilansir dari Reuters, Jumat (2/6).

Dujarric mengatakan sangat penting AS tetap menjadi pemimpin isu lingkungan. Guterres  menurut Dujarric berharap negeri Paman Sam kembali terlibat dalam kampanye demikian.

"Ini demi masa depan yang berkelanjutan, di mana berhububungan dengan nasib anak cucu kita," tuturnya.

Perjanjian Paris mengharuskan setiap negara yang terlibat menjaga kenaikan temperatur jauh di bawah 2 derajat celcius, dan berupaya membatasi pada angka 1,5 derajat celcius. Presiden AS Donald Trump menilai Perjanjian Paris bisa merugikan negaranya. AS, menurut Trump akan kehilangan produk domestik bruto sebesar 3 triliun dolar AS, dan 6,5 juta lapangan kerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement