Ahad 04 Jun 2017 10:27 WIB

Korban Tewas Teror London Bertambah Jadi 6 Orang

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
Jembatan London menjadi lokasi serangan teror London setelah sebuah van menabrak orang-orang yang sedang berjalan kaki, Ahad (4/6).
Foto: EPA
Jembatan London menjadi lokasi serangan teror London setelah sebuah van menabrak orang-orang yang sedang berjalan kaki, Ahad (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Sebanyak enam orang tewas dan lebih dari 20 lainnya terluka saat sebuah van, yang dikemudikan dalam kecepatan tinggi, menabrak kerumunan pejalan kaki di London Bridge, pada Sabtu (3/6) malam. Setelah menabrak pejalan kaki, tiga pelaku keluar dari van dan mulai melakukan penikaman membabi buta di Pasar Borough.

Mark Rowley, pejabat tinggi anti terorisme Inggris, dikutip Reuters, mengonfirmasi enam orang tewas dan tiga orang yang diduga pelaku tewas juga ditembak polisi.

Saksi mata mengatakan, sebuah van berwarna putih berjalan dengan kecepatan sekitar 80 km/jam saat menabrak pejalan kaki di London Bridge, pada pukul 10.00 malam waktu setempat. Beberapa menit kemudian, tiga orang pria yang berada di dalam van berlari menuju Pasar Borough dan menikam sejumlah orang.

Serangan tersebut terjadi saat ratusan orang tengah menikmati malam di bar dan restoran di wilayah itu. Sejumlah warga melemparkan kursi, botol, dan gelas ke arah penyerang saat para pria itu mengacungkan pisau mereka di tengah kerumunan orang.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan bahwa insiden tersebut adalah tindakan terorisme. "Setelah adanya laporan dari petugas polisi dan petugas keamanan, saya dapat memastikan bahwa insiden mengerikan di London ini berpotensi sebagai tindakan terorisme," kata May, dikutip BBC.

Serangan ini terjadi empat hari sebelum pemungutan suara pemilu nasional Inggris diselenggarakan pada 8 Juni mendatang. "Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada polisi dan petugas keamanan yang ada di tempat kejadian. Rasa duka kami ada pada mereka yang terjebak dalam kejadian mengerikan ini," ungkap May.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement