Jumat 23 Jun 2017 20:47 WIB

Lagi, Korut Uji Coba Mesin Roket

Tugu berbentuk Misil Korut 'Scud-B' (kiri) berdampingan dengan tugu misil Korsel di Museum Peringatan Perang Korea, di Seoul, Korsel (Foto: dok). Korut memperingatkan kemampuan roketnya mampu mencapai daratan AS, Selasa (9/10).
Foto: AP
Tugu berbentuk Misil Korut 'Scud-B' (kiri) berdampingan dengan tugu misil Korsel di Museum Peringatan Perang Korea, di Seoul, Korsel (Foto: dok). Korut memperingatkan kemampuan roketnya mampu mencapai daratan AS, Selasa (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korea Utara telah melakukan uji coba lain dari mesin roket yang diyakini Amerika Serikat sebagai bagian dari program mereka untuk mengembangkan peluru kendali balistik antarbenua, kata seorang pejabat AS kepada Reuters, Kamis.

Amerika Serikat menilai bahwa tes tersebut, yang terbaru dalam sebuah rangkaian uji coba mesin dan peluru kendali tahun ini, kemungkinan merupakan bagian terkecil dari sebuah mesin roket ICBM, kata pejabat tersebut, berbicara dengan syarat tidak disebut jatidirinya.

Pejabat AS kedua juga membenarkan adanya tes tersebut, namun tidak memberikan rincian tambahan tentang jenis komponen roket yang sedang diuji atau apakah itu sesuai dengan program ICBM.

Seorang pejabat mengatakan bahwa dia yakin uji coba tersebut telah dilakukan dalam 24 jam terakhir.

Pengungkapan uji mesin tersebut datang sehari setelah Amerika Serikat menekan China untuk melakukan lebih banyak tekanan ekonomi dan diplomatik terhadap Korea Utara untuk membantu mengendalikan program nuklir dan peluru kendalinya selama perundingan tingkat tinggi di Washington.

Presiden AS Donald Trump telah memperingatkan bahwa "konflik konflik besar" dengan Korea Utara dimungkinkan terjadi atas program senjatanya, meskipun pejabat AS mengatakan bahwa sanksi yang lebih ketat, tidak melibatkan kekuatan militer, adalah pilihan yang lebih disukai.

Diplomat tinggi China, Yang Jiechi, mengatakan pada Trump dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih bahwa Beijing bersedia untuk "menjalin komunikasi dan koordinasi "dengan Amerika Serikat dalam upaya untuk meredakan ketegangan di semenanjung Korea, menurut sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China pada Jumat.

Kepala Badan Intelijen Pertahanan AS mengatakan dalam kongres bulan lalu bahwa Korea Utara, jika dibiarkan, dapat mampu mengembangkan peluru kendali bersenjata nuklir yang mampu menyerang daratan AS.

Namun, para ahli mengatakan Pyongyang masih butuh bertahun tahun lagi untuk memiliki kemampuan ICBM yang andal.

Letak Amerika Serikat sekitar 5.600 mil (9.000 kilometer) jaraknya dari Korea Utara. ICBM memiliki rentang minimal sekitar 3.400 mil (5.500 kilometer), namun ada pula yang dirancang untuk menempuh jarak 6.200 mil (10.000 kilometer) atau lebih jauh.

Setiap solusi militer terhadap krisis Korea Utara akan menjadi "tragis dalam skala yang luar biasa", menteri pertahanan Trump, Jim Mattis, mengatakan bulan lalu.

Amerika Serikat, sementara itu, tengah meningkatkan kemampuan membela diri terhadap ancaman dari Korea Utara, tindakan uji coba pertama yang berhasil untuk menghalang peluru kendali jenis ICBM pada Mei lalu.

Namun uji coba pada 21 Juni, kemampuan baru ysng sedang dikembangkan oleh Amerika Serikat dan Jepang untuk mempertahankan diri dari peluru kendali jarak yang lebih pendek gagal mencapai sasarannya, Badan Pertahanan Rudal AS mengatakan pada Kamis.

Uji coba tersebut merupakan yang kedua dari sistem penghalang SM-3 Block IIA, yang sedang dikembangkan oleh Raytheon. Uji coba penghalang sebelumnya, yang dilakukan pada Februari, telah sukses dilakukan.

(Uu.Aulia/KR-AMQ)

sumber : Agency
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement