Jumat 07 Jul 2017 05:51 WIB

AS: Penyelesaian Krisis Teluk Bisa Berbulan-bulan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kota Doha, Qatar
Foto: pixabay
Kota Doha, Qatar

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan krisis di kawasan Teluk kemungkinan bakal menghadapi jalan buntu. Penyelesaian krisis, menurut klaim AS, dapat memakan waktu berpekan-pekan bahkan berbulan-bulan.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan, negaranya meyakini bahwa krisis Teluk akan mengalami eskalasi. Kendati demikian, dia tak menyinggung perihal jenis eskalasi yang akan terjadi di Teluk.

Oleh sebab itu, Nauert, mewakili AS, mengungkapkan keprihatinannya atas sengketa dan polemik yang terjadi di Teluk. "Kami tetap sangat prihatin dengan situasi yang sedang berlangsung antara Qatar dan negara-negara GCC (Dewan Kerja Sama Teluk) lainnya," ucap Nauert seperti dikutip Aljazirah, Kamis (6/7).

"AS juga mengapresiasi Kuwait karena berupaya menengahi sebuah resolusi," ucapnya menambahkan.

Sebulan lalu, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar. Mereka juga menutup akses darat, laut, serta udara dari dan menuju negara tersebut.

Hal itu dilakukan karena keempat negara Teluk menuding Qatar menjadi sponsor kelompok teroris. Kendati tuduhan itu telah dibantah Qatar, namun keempat negara tetap memberlakukan blokade dan embargo kepada Doha.

Arab Saudi dan negara lainnya telah mengajukan 13 tuntutan kepada Qatar bila negara tersebut ingin lepas dari blokade dan embargo. Tuntutannya antara lain meminta Qatar memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menutup media Aljazirah, serta menghentikan pendanaan untuk kelompok teroris.

Qatar telah menyatakan bahwa tuntutan-tuntutan tersebut akan ditolak. Selain tidak realistis, Doha menilai tuntutan terkait merupakan bentuk intervensi terhadap kedaulatannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement