Sabtu 15 Jul 2017 21:05 WIB

Jerman Sebut Penutupan Rute Migrasi tak Pecahkan Krisis Pengungsi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Pengungsi Suriah di Jerman
Foto: diplo.de
Pengungsi Suriah di Jerman

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Presiden Jerman Frank Walter Steinmeier mengatakan bahwa menutup rute migrasi di sepanjang Laut Mediterania tidak akan memecahkan krisis pengungsi. Menurutnya dibutuhkan upaya yang lebih konkret dan relevan agar gelombang pengungsi tidak memasuki Eropa.

Menurut Steinmeier, daripada harus menutup rute migrasi di Laut Mediterania yang tak efektif memutus gelombang pengungsi, Uni Eropa sebaiknya memikirkan cara lain. Misalnya, memperbaiki kondisi hidup imigran di negara asalnya masing-masing.

"Yang jelas adalah bahwa kita harus memberi alasan kepada para imigran Mediterania untuk tinggal di negara asal mereka. Uni Eropa harus mempelajari bagaimana memperbaiki kondisi kehidupan para imigran di negara mereka sendiri," ujar Steinmeier seperti dilaporkan laman Middle East Monitor, Jumat (15/7).

Dia juga mengatakan bahwa gagasan untuk menutup persimpangan antara Austria dan Italia dalam menghadapi gelombang pengungsi bukanlah pilihan yang tepat. Seperti argumen sebelumnya, menurutnya perlu tindakan dan aksi yang relevan dan tepat sasaran untuk memangkas gelombang imigran menuju Eropa.

Pada 18 Maret 2016, Turki dan Uni Eropa mencapai kesepakatan untuk mengembalikan imigran yang meninggalkan pantai Turki dan menuju ke Eropa dalam upaya membuat jalur tersebut tak diminati. Akibatnya pengungsi melakukan perjalanan ke Libya yang tengah dilanda perang. Dari sana mereka akan menyeberang ke Eropa.

Namun, terdapat banyak laporan bahwa pengungsi mendapat intimidasi di Libya. Mereka diperlakukan dengan buruk, dirampok, dipukuli, dan imigran perempuan diperkosa oleh penyelundup manusia sepanjang perjalanan.

Adapaun mereka yang berhasil menyeberang dari Libya, tak jarang harus terombang ambing di tengah laut. Tak jarang pula kapal yang mereka tumpangi kelebihan bobot dan tenggelam, kemudian menyebabkan puluhan imigran tenggelam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement