Jumat 09 Jun 2017 19:50 WIB

PM Inggris Enggan Mundur Meski Partainya Kehilangan Suara

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Bilal Ramadhan
Perdana Menteri Inggris Theresa May
Foto: Richard Pohle/Pool via AP Photo
Perdana Menteri Inggris Theresa May

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May tidak berniat untuk mengundurkan diri meski Partai Konservatifnya telah kehilangan mayoritas kursi di Parlemen. Menurut proyeksi Sky News, Partai Konservatif diperkirakan akan memenangkan 315 kursi.

Sementara Partai Buruh yang menjadi posisi, diperkirakan akan mengumpulkan 261 kursi. Untuk memenangkan suara mayoritas di House of Commons, sebuah partai harus mendapatkan 326 kursi.

Sebelumnya, Partai konservatif memiliki 330 kursi di Parlemen. Jumlah tersebut cukup banyak dibandingkan dengan 229 kursi untuk Partai Buruh, 54 kursi untuk Partai Nasional Skotlandia, dan sembilan untuk Demokrat Liberal.

Partai Konservatif tetap dalam posisi untuk membentuk koalisi pemerintahan dengan bantuan beberapa anggota parlemen Unionist untuk Irlandia Utara. Namun, jika negosiasi koalisi gagal, pemilihan umum kedua akan dilakukan lagi di bulan depan.

"Negara ini membutuhkan stabilitas. Jika Partai Konservatif telah memenangkan kursi terbanyak, maka akan menjadi tugas kami untuk menjalani periode stabilitas ini," kata May kepada para pendukungnya setelah dia terpilih kembali di House of Commons.

Beberapa menit sebelumnya, pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn telah meminta May untuk mengundurkan diri. Menurut Corbyn, mandat besar dalam pemerintahan May untuk menegosiasikan kepergian Inggris dari Uni Eropa telah berakhir setelah Partai Konservatif kehilangan kursi, kehilangan suara, kehilangan dukungan, dan kehilangan kepercayaan diri.

"Saya pikir itu cukup (bagi May) untuk mengundurkan diri dan dan memberi jalan bagi pemerintah yang akan benar-benar mewakili semua orang di negara ini," ujar Corbyn, dikutip Fox News.

Mei telah banyak dikritik karena gaya kampanyenya yang kurang bergairah. Ia bahkan memiliki sebuah rencana untuk memaksa agar warga lanjut usia membayar lebih untuk perawatan mereka, yang oleh lawan-lawannya disebut "pajak demensia".

"Ini benar-benar bencana bagi Partai Konservatif dan bagi Theresa May. Jelas jika dia mendapat hasil buruk daripada dua tahun lalu dan hampir tidak dapat membentuk pemerintahan, maka sangat diragukan dia akan bertahan dalam jangka panjang sebagai pemimpin Partai Konservatif," kata Kepala Pembendaharaan Partai Konservatif, George Osborne.

Wakil Pimpinan Partai Buruh, Tom Watson, yang dengan mudah memenangkan kembali kursinya, turut melayangkan serangan kepada May. "Dia mengatakan dia kuat dan stabil, tapi publik melihat dia lemah dan goyah. Dia bilang dia wanita yang sangat sulit, tapi publik melihat dia hanya seorang wanita yang menganggap apapun dengan sulit," jelas Watson.

Hasil pemungutan suara juga menjadi kabar buruk bagi Partai Nasional Skotlandia, yang pada Jumat (9/6) dini hari telah kehilangan 21 dari 54 kursi. Di antara korbannya adalah Alex Salmond, mantan Menteri Pertama Skotlandia dan salah satu anggota dewan tertinggi partai tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement