Rabu 14 Jun 2017 03:35 WIB

Indonesia Melangkah Damaikan Qatar dan Negara Timur Tengah

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Esthi Maharani
Warga Qatar yang panik berbelanja stok makanan di sebuah supermarket di Doha pascapemutusan hubungan diplomatik dengan lima negara Arab.
Foto: AP
Warga Qatar yang panik berbelanja stok makanan di sebuah supermarket di Doha pascapemutusan hubungan diplomatik dengan lima negara Arab.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemutusan hubungan diplomasi antara Qatar dan beberapa negara Timur Tengah, memberikan imbas secara tidak langsung pada Indonesia. Ketua PKS, Jazuli Juwaini, ikut angkat bicara terkait krisis Timur Tengah ini.

"Kepentingan nasional Indonesia, sedikit banyak akan terganggu. Saya khawatir terjadinya konflik terbuka atau perang seperti yang telah terjadi di Suriah, Yaman, atau tragedi Perang Teluk (Iran vs Irak, Irak vs Kuwait)," kata dia, Selasa (13/6)

Jazuli mendorong pemerintah untuk melindungi kepentingan nasional seperti keselamatan dan kelancaran aktivitas WNI di Timur Tengah, khususnya Qatar. Karena ada sekitar 43.000 warga Indonesia yang berada di sana. Selain itu, yang paling terdampak juga adalah perjalanan ibadah ke Makkah yang terkendala penutupan jalur transit dari dan ke Doha. Tak hanya itu, ada pula potensi kerugian ekspor Indonesia ke Timur Tengah menuju atau melalui Qatar akibat ditutupnya akses masuk ke negara ini dari negara-negara berbatasan.

“Pemerintah pasti telah mengkalkulasi dampak politik dan ekonomi krisis ini dan hendaknya segera menyusun langkah-langkah pro aktif dan rekonsiliatif dengan tetap berpedoman pada politik luar negeri kita yang bebas aktif,” ujar dia.

Terkait langkah pemerintah sejauh ini, Anggota Komisi I DPR RI ini, memuji langkah cepat dan strategis Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi yang menghubungi semua Menlu negara-negara yang terlibat dalam krisis. Retno juga menyampaikan rasa keprihatinan dan menyerukan agar semua pihak menahan diri dan mengutamakan rekonsiliasi soal krisis Qatar. Jazuli menyambut baik langkah Menlu, yang menegaskan kesiapan Indonesia berkontribusi dalam mencegah memburuknya krisis diplomatik antara sejumlah negara Timur Tengah dengan Qatar.

"Statemen ini penting, karena Indonesia dan dunia tidak ingin krisis Teluk seperti perang Iran-Irak atau Irak-Kuwait terulang kembali. Krisis Teluk akan berdampak luas bukan saja bagi negara di kawasan tapi juga negara di luar kawasan, termasuk Indonesia. Terutama akibat fluktuasi minyak dunia dan instabilitas politik keamanan negara-negara Arab," kata dia dalam rilis, Selasa (13/6) malam.

Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, bersama dengan Turki dan Kuwait yang dipercaya oleh Qatar, bisa bekerja keras menggalang solidaritas untuk penyelesaian masalah tersebut. Jazuli menilai, isolasi atau blokade ekonomi dan politik terhadap Qatar sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah.

"Hentikan isolasi atau blokade. Karena akan menyulut perang yang jelas kerugiannya bagi pihak-pihak berseteru, kawasan, dan dunia. Akan jatuh banyak korban jiwa dan dampak kemanusiaan lainnya,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement