Ahad 23 Jul 2017 21:42 WIB

Erdogan Kunjungi Arab Saudi Bahas Qatar

Rep: FIRA NURSYAHBANI/ Red: Agung Sasongko
Erdogan
Foto: guardian.co.uk
Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Presiden Recep Tayyip Erdogan memulai kunjungan pentingnya ke kawasan Teluk, pada Ahad (23/7). Kunjungan Erdogan bertujuan untuk mengurangi ketegangan dalam krisis Qatar, yang merupakan sekutu Turki.

Erdogan dijadwalkan akan bertemu dengan pemimpin Arab Saudi, sebelum kemudian terbang ke Kuwait dan Qatar, pada Senin (24/7). Ia akan melakukan pembicaraan tatap muka pertamanya dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, sejak pertama kali krisis.

"Tidak ada yang ingin memperpanjang krisis ini lagi," kata Erdogan di Bandara Istanbul sebelum melakukan perjalanan selama dua hari ke wilayah Teluk, kepada AFP.

Dia menuduh adanya "musuh" yang sedang berusaha meningkatkan ketegangan antara sesama saudara di wilayah tersebut. Erdogan juga memuji sikap Qatar selama krisis terjadi.

Erdogan mengatakan pihaknya telah berusaha menemukan solusi krisis melalui dialog. "Saya harap kunjungan kami akan bermanfaat bagi wilayah," ungkap dia.

Pada 5 Juni lalu, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Negara-negara ini menuduh Qatar mendukung ekstremisme dan memiliki hubungan baik dengan musuh mereka, yaitu Iran.

Doha membantah klaim tersebut dan telah mendapat dukungan kuat dari Ankara selama krisis. Krisis Qatar telah menempatkan Turki dalam posisi yang sensitif dan Erdogan telah berulang kali mengatakan ia ingin melihat akhir dari perselisihan ini sesegera mungkin.

Selama tahun-tahun terakhir, Qatar telah menjadi sekutu nomor satu Turki di Timur Tengah. Ankara dan Doha bekerja sama menghadapi sejumlah masalah termasuk konflik Suriah, karena keduanya merupakan musuh dari Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Turki juga sedang dalam persiapan untuk mendirikan sebuah pangkalan militer di Qatar. Turki telah mempercepat proses persiapannya sejak krisis dimulai dan saat ini dilaporkan telah mengirim 150 tentara ke pangkalan tersebut.

"Sejak saat pertama krisis Qatar, kita berada di sisi perdamaian, stabilitas, solidaritas, dan dialog," ujar Erdogan.

Akan tetapi, Turki yang juga sedang memiliki gejolak dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS), tidak ingin merusak hubungannya dengan penguasa regional Arab Saudi.

Selain bertemu dengan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, Erdogan juga akan bertemu dengan anaknya, Mohammed bin Salman. Pertemuan ini menjadi pertemuan pertama mereka sejak Mohammed diangkat menjadi putra mahkota dan pewaris ayahnya pada Juni lalu.

"Sebagai pemain lama di kawasan Teluk, Arab Saudi memiliki peran besar dalam memecahkan krisis," kata Erdogan. Ia berbicara dengan hati-hati agar tidak secara eksplisit mengkritik kerajaan tersebut.

Erdogan mengatakan, dia mendukung upaya mediasi yang digagas Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah. Melalui mediasi ini, Ankara melihat Kuwait sebagai kunci untuk memecahkan krisis tersebut.

Pada Jumat (21/7), Emir Qatar mengatakan siap melakukan perundingan untuk menyelesaikan krisis, asalkan kedaulatan Qatar dihormati.

Erdogan kemungkinan akan mendapat sambutan hangat di Doha. Turki mendapat banyak pujian karena telah mengirim makanan, termasuk produk buah, susu, dan unggas dengan kapal dan pesawat untuk membantu Doha menghadapi embargo perdagangan negara-negara Teluk.

Turki juga mendapat keuntungan, karena ekspor ke Qatar menjadi berlipat ganda pada bulan lalu sebesar lebih dari 50 juta dolar AS. Menurut Kementerian Ekonomi Turki, Ankara telah mengirim sekitar 200 pesawat kargo berisi bantuan sejak krisis dimulai.

Dalam krisis diplomatik terburuk di wilayah Teluk ini, negara-negara yang memblokir Qatar telah mengeluarkan sejumlah tuntutan. Mereka meminta Qatar untuk menutup stasiun televisi Aljazirah, membatasi hubungan dengan Iran, dan menutup pangkalan militer Turki.

Erdogan mengatakan tuntutan tersebut tidak sah. Ia menyatakan perlunya solidaritas Muslim dan ikatan dagang yang kuat di wilayah tersebut.

"Kami akan bekerja sampai akhir untuk menyelesaikan perselisihan antara negara-negara persaudaraan di wilayah ini," katanya, pada Jumat (21/7) dikutip Aljazirah.

"Masalah politik bersifat sementara, sedangkan ikatan ekonomi bersifat permanen, dan saya harapkan para investor dari negara-negara Teluk memilih hubungan jangka panjang," tambah dia.

UAE adalah pasar ekspor terbesar ketujuh Turki tahun lalu, dengan nilai ekspor sebesar 5,4 miliar dolar AS. Sementara Arab Saudi berada di urutan ke-11 dan Mesir berada di urutan ke-13.

"Kunjungan ini, di satu sisi, akan membantu menunjukkan meskipun memiliki posisi sebagai pendukung kuat Doha, Turki masih memiliki kemampuan untuk berdialog dengan negara-negara lain pada tingkat tertinggi, terutama Arab Saudi," kata Sinan Ulgen, seorang mantan Diplomat Turki dan seorang analis di Carnegie Europe.

n Fira

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement