Kamis 03 Aug 2017 11:16 WIB

Muslim Amerika Serikat Lebih Menerima Homoseksual

[Ilustrasi] Larangan masukanya wisatawan Muslim dari Donald Trump memicu protes besar-besaran di seluruh Amerika Serikat
Foto: Independent
[Ilustrasi] Larangan masukanya wisatawan Muslim dari Donald Trump memicu protes besar-besaran di seluruh Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Media dan politikus Amerika Serikat sering menggambarkan Muslim sebagai lawan homoseksualitas dan komunitas LGBT. Penggambaran ini sebenarnya bertentangan secara langsung dengan data terbaru.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center pada Januari hingga Mei lalu, mayoritas Muslim Amerika, sebesar 52 persen, mengatakan bahwa homoseksualitas harus diterima oleh masyarakat. Dilansir dari NBC News, angka itu meningkat 25 persen sejak 2007 atau setahun lalu. 

Di antara komunitas Muslim di AS, perempuan dan lulusan perguruan tinggi memiliki toleransi tertinggi untuk menerima homoseksual. Tingkat penerimaan di kedua kelompok ini mencapai 63 persen. Diikuti oleh Muslim yang kurang taat (62 persen) dan anak muda atau millennial, yaitu 60 persen.

Data itu juga menyebutkan Muslim lebih banyak menerima homoseksualitas daripada banyak penganut agama Kristen. Dilansir dari Independent pada Kamis (3/8), ini menunjukkan bahwa umat Islam di Amerika lebih menerima homoseksualitas daripada penganut Protestan evangelis berkulit putih. 

Hanya 34 persen penganut protestan evangelis berkulit putih yang meyakini bahwa homoseksual hari diterima. Ini merupakan angka terendah dari semua kelompok yang disurvei.

Di tingkat penerimaan, umat Islam juga bergerak meningkat lebih cepat daripada orang Protestan. Pew Research Center menyatakan ini merupakan perubahan penting dalam pandangan sosial dan politik Muslim AS. 

"Mereka lebih banyak menerima homoseksualitas selama dekade terakhir, yang serupa dengan perubahan yang telah terjadi di kalangan masyarakat umum," tulis laporan itu. 

Sekitar 52 persen penganut Protestan secara keseluruhan mengatakan homoseksualitas dapat diterima. Begitupula 66 persen warga beragama Katolik dan 63 persen masyarakat umum AS.

Riset itu juga mengungkapkan pandangan Muslim AS tentang imigran. Umat Islam terus berpandangan bahwa imigran memperkuat Amerika karena kerja keras dan talenta mereka. 

"Dua pertiga mengatakan mereka lebih memilih untuk memiliki pemerintahan yang lebih besar yang memberikan layanan lebih banyak daripada pemerintah yang lebih kecil yang memberikan layanan lebih sedikit," tulis Pew Research Center.

Urooj Arshad, seorang aktivis Muslim LGBTQ yang juga merupakan anggota Aliansi Muslim untuk Keanekaragaman Seksual dan Keanekaragaman Gender, mengatakan kepada Huffington Post, yang pertama kali melaporkan laporan tersebut, bahwa dukungan Muslim untuk komunitas LGBTQ karena keduanya berbagi pengalaman menjadi korban diskriminasi. Sejak 11 September, komunitas Muslim harus mengalami diskriminasi terkait hak-hak sipil mereka. 

"Ini telah membuat masyarakat lebih bersimpati terhadap pelanggaran hak-hak sipil kepada masyarakat terpinggirkan lainnya di AS," kata dia. 

sumber : NBC News/Independent
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement