Kamis 10 Aug 2017 02:47 WIB

Taliban Afghanistan Bebaskan Ratusan Warga

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani
Foto: timesofman
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani

REPUBLIKA.CO.ID, AFGHANISTAN -- Taliban membebaskan 235 warga desa yang ditahan setelah gerilyawan tersebut menguasai sebuah desa di Provinsi Sar-e Pul. Gubernur Provinsi Zahir Wadat mengatakan, bahwa orang-orang dari desa Mirza Olang telah tiba di Sar-e Pul, kota utama provinsi ini, walaupun beberapa lainnya masih bersama Taliban.

Setelah berhari-hari menunggu pasukan tambahan tiba, pasukan keamanan akan segera memulai operasi pembersihan untuk merebut kembali desa tersebut, katanya. Desa tersebut diserbu akhir pekan lalu, dan sebanyak 50 orang lokal dan anggota milisi terbunuh.

Menurut penduduk lokal yang tiba di ibu kota Provinsi Sar-e Pul, pasukan petempur besar menyerang desa tempat pasukan milisi informal lokal, telah menimbulkan banyak korban jiwa di pihak Taliban dalam beberapa bulan ini.

Sekitar 330 keluarga telah menyelamatkan diri dari wilayah tersebut setelah mendapat peringatan dari Taliban, namun sebagian besar penduduk tewas terbunuh saat mencoba kabur.

Presiden Ashraf Ghani menjanjikan "pembalasan" atas serangan, namun insiden tersebut menekankan situasi keamanan genting di sebagian besar wilayah Afganistan, tempat kelompok militan dan penjahat menentang otoritas pemerintah pusat di banyak daerah.

Menurut perkiraan militer AS, hanya 60 persen dari negara tersebut yang berada dalam kendali pemerintah, sisanya dikendalikan oleh Taliban atau tertinggal dari kekuasaan pemerintah ataupun kendali pemberontak.

Pejabat lokal mengatakan, serangan di Mirza Olang merupakan serang paling serius dalam beberapa waktu ini yang dilakukan oleh Taliban dan ISIS secara bersamaan. Taliban telah menolak tuduhan tersebut, dengan mengatakan kelompok di bawah salah satu komandannya lah yang melakukan serangan tersebut.

Akan tetapi, penduduk desa setempat melaporkan telah melihat petempur membawa panji Taliban dan panji putih ISIS. Taliban dengan keras menentang versi lokal ISIS sejak kemunculannya di Afghanistan pada 2015.

Di sisi lain, tanda-tanda dua kelompok tersebut akan bergabung menjadi peringatan bagi pemerintah Barat bahwa saat ketidakamanan di Afghanistan meningkat, negara tersebut sekali lagi dapat menjadi basis kelompok petempur yang akan menyerang sasaran asing.

Pertarungan telah meningkat pada tahun ini di seluruh wilayah Afghanistan, dengan puluhan insiden keamanan tercatat setiap harinya. Pada paruh pertama tahun ini, 1.662 warga sipil tewas dan 3.581 lagi terluka, menurut angka dari Perserikatan Bangsa Bangsa.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement