Rabu 27 Sep 2017 08:54 WIB

Korut Ancam akan 'Habisi' Pasukan Pengebom AS

Rep: Puti Almas/ Red: Nidia Zuraya
Tentara Korea Utara berjalan di permukiman di sepanjang Ryomyong Street usai upacara pembukaan di Pyongyang, Korea Utara, 13 April 2017.
Foto: AP Photo/Wong Maye-E
Tentara Korea Utara berjalan di permukiman di sepanjang Ryomyong Street usai upacara pembukaan di Pyongyang, Korea Utara, 13 April 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Beberapa pekan setelah ketegangan terjadi karena pengembangan program nuklir Korea Utara (Korut). Secara khusus, hal ini terjadi dengan Amerika Serikat (AS), di mana kedua negara tampak terus saling bersiap untuk memulai perang sesungguhnya.

Dalam pertemuan Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho menyampaikan sebuah pidato yang dianggap provokatif. Ia mengatakan, AS telah membuat sebuah deklarasi perang dan tak segan negaranya memiliki hak untuk mencegah, termasuk menembak jatuh pengebom strategis dari negara adidaya itu.

"Sejak AS mengumumkan perang terhadap Korut, maka kami memiliki hak untuk melakukan penanggulangan, termasuk menembak jatuh pengebom strategis mereka, sekalipun yang tidak berada dalam wilayah udara kami," ujar Ri Hong-yo, dilansir The Guardian, Rabu (27/9).

Ini bukan pertama kalinya Korut menuding AS memulai perang. Sebenarnya, hal ini sudah berlangsung, bahkan dalam 64 tahun terakhir.

Seperti diketahui, Korut dan Korea Selatan (Korsel) secara teknis masih berperang serelah Perang Korea berakhir dengan perjanjian gencatan senjata dan bukan berupa perdamaian pada 1950-1953. Setelah masa itu, Korut kerap melontarkan ancaman terhadap Korsel dan sekutu utama negara itu, AS dengan program nuklir mereka.

Pada 2013, Korut dan Korsel juga mengatakan kedua negara kini berada dalam keadaan perang karena kecaman internasional atas pengembangan program nuklir Korut. Negara itu telah berulang kali memicu kemarahan internasional atas serangkaian uji coba rudal dan perangkat nuklir yang dilakukan.

Pada 3 September negara yang dipimpin Kim Jong-un itu juga melakukan tes terbaru dari bom hidrogen yang disebut dirancang untuk ditempatkan di dalam Peluru Kendali Balistik Antar Benua (ICBM). Kemudian yang lebih baru adalah pada 15 September lalu.

Korut menembakkan rudal balistik ke wilayah utara Jepang. berdasarkan laporan, senjata itu mencapai ketinggian sekitar 770 kilometer atau 478 mil. Jarak yang ditempuh adalah sekitar 3.700 kilometer.

Korut bahkan sebelumnya berencana untuk meluncurkan rudal ke wilayah Guam, AS pada pertengahan Agustus lalu. Namun, Kim Jong-un mengatakan terlebih dahulu hendak mengawasi tindakan AS untuk mencegah bentrokan militer berbahaya.

Selama ini, Korut mengatakan pengembangan program nuklir merupakan alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea khususnya Korea Selatan (Korsel) dan Jepang terus merasa khawatir karena menjadi ancaman utama serangan rudal dan senjata berbahaya lainnya.

Dewan Keamanan PBB telah memberikan sanksi terhadap negara itu yang pertama kali dilakukan pada 2006. Kemudian,dewan juga mengeluarkan sebuah resolusi untuk memberlakukan sanksi ekonomi pada 5 Agustus yang membuat pendapatan ekpor yang dimiliki negara terisolasi itu dapat berkurang hingga 3 miliar dolar AS.

Resolusi yang dirancang oleh AS saat itu juga telah membuat tidak diizinkannya ekspor sejumlah barang tambang diantaranya batu bara, besi, dan bijih besi dari Korut. Kemudian, makanan laut juga tidak diperbolehkan untuk diekspor dari negara itu. Tak ketinggalan, jumlah pekerja dari mereka yang bekerja di luar negeri tidak lagi dapat ditambah.

Kemudian yang terbaru, Dewan Keamanan PBB telah mengadopsi resolusi kesembilan untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terbaru terhadap Korut. Sejumlah ketentuan di dalamnya akan membuat impor minyak negara itu berkurang serta adanya larangan setidaknya 90 persen ekspor tekstil yang mereka lakukan.

Meski seluruh resolusi sanksi PBB hingga yang terbaru saat ini telah dikeluarkan, Korut menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengembangkan program nuklir. Negara itu juga mengancam akan menenggelamkan Jepang serta membuat AS menjadi abu sebagai pembalasan sanksi yang diberikan tersebut.

Namun, ancaman secara khusus untuk menargetkan pengebom AS belum pernah sekalipun dikeluarkan. Karena itu, banyak yang bertanya-tanya apa alasan khusus Korut menyampaikan hal itu. Kekhawatiran lebih besar bahwa ketegangan kedua negara yang berujung konflik besar dunia mulai mencuat.

Hal itu kemudian diketahui karena pengebom AS melakukan penerbangan dengan menggunakan B1-B, seperti yang pada akhir bulan lalu diumumkan oleh Duta Besar untuk PBB Nikki Haley. Meski demikian, penerbangan tidak dilakukan dekat dengan zona demiliterisasi antara Korut dan Korsel.

Pada Senin (25/9) lalu, Korut telah merespon langkah pertahanan. Negara itu mulai mengerahkan pesawat terbang dan meningkatkan pertahanan di pantai timur setelah adanya ancaman B-1B.

Karena itu, bagaimanapun Korut akan terus teringat dengan Perang Korea, di mana perang terhadap AS pertama kali dimulai. Dalam sebuah buku oleh Bruce Cumings berjudul The Korean War : A History, bagaimanapun tak ada yang tahu bahwa Amerika menjatuhkan bom di negara itu sepanjang perang berlangsung tiga tahun, tanpa peduli dan khawatir korban sipil di sana.

Menurut perkiraan Angkatan Udara AS saat itu, pengeboman menyebabkan lebih banyak kerusakan di pusat kota Korut, dibandingkan Jerman dan Jepang selama Perang Dunia II. AS membuang setidaknya 635 ribu ton bom di Korut, yang jumlahnya lebih banyak dibanding 503 ribu ton yang diluncurkan selama perang di Pasifik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement