Ahad 13 Aug 2017 21:23 WIB

Korsel Ingin Redakan Ketegangan di Semenanjung Korea

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Peta Semenanjung Korea yang terbagi jadi Korea Utara dan Korea Selatan
Foto: all-that-is-interesting.com
Peta Semenanjung Korea yang terbagi jadi Korea Utara dan Korea Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Menteri Unifikasi Korea Selatan (Korsel) Chun Hae-sung mengungkapkan negaranya sedang mempertimbangkan semua tindakan untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.

Pernyataannya ini berkaitan dengan ketegangan terbaru antara Korea Utara (Korut) dengan Amerika Serikat (AS) pascapenerapan sanksi PBB kepada Pyongyang.

“Pemerintah sedang mempertimbangkan semua langkah yang diperlukan untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung (Korea) dan menjaga perdamaian berdasarkan aliansi kuat antara Seoul dan Washington, serta kerja sama dengan mitra,” kata Chun seperti dilaporkan laman Yonhap, Ahad (13/8).

Korsel, ucap Chun menerangkan, sebagai pihak yang memiliki peran penting terkait isu Semenanjung Korea akan mendorong upaya dialog untuk meredakan ketegangan.

“Pada saat yang sama, Korsel, pemangku kepentingan kunci untuk isu-isu di Semenanjung Korea akan membiarkan pintu terbuka untuk dialog dengan Korut dan membuat berbagai upaya untuk menyelesaikan ketegangan secara fundamental,” ujarnya.

Menurut Chun, ketegangan yang meningkat antara Pyongyang dan Washington akan membayangi usaha Seoul berdamai dengan negara pimpinan Kim Jong-un tersebut. Semenjak dipimpin oleh Moon Jae-in, Korsel memang memiliki tekad untuk dapat berdamai dengan Korut. Namun usaha Korsel ini belum mendapat sambutan dari Korut.

“Pemerintah terus berupaya untuk memulihkan perundingan dan kerja sama antar Korea yang terhenti untuk menyelesaikan masalah nuklir Korut dan memperbaiki hubungan antara kedua Korea,” kata Chun menerangkan.

Upaya denuklirisasi di Semenanjung Korea, selain menjadi perhatian Seoul, juga menjadi konsen Beijing dan Washington. Terkait hal ini, Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump menjalin komunikasi via telepon baru-baru ini untuk membahas isu terkait.

Dalam perbincangan dengan Trump, Xi meminta agar AS agar dapat menahan diri dan tidak hanyut dalam aksi saling ancam dengan Korut. Hal itu juga disampaikan Xi kepada Korut.

“Saat ini, pihak-pihak terkait harus menahan diri dan menghindari pernyataan serta tindakan yang akan memperparah ketegangan di Semenanjung Korea,” ujar Xi.

Perbincangan antara Xi dan Trump dikonfirmasi oleh Gedung Putih pada Sabtu (12/8). “Para pemimpin menegaskan bahwa pengadopsian baru-baru ini, yaitu sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Korut merupakan langkah penting dan perlu untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea,” kata Gedung Putih dalam pernyataannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement