Rabu 16 Aug 2017 05:18 WIB

Iran Ancam Keluar dari Kesepakatan Nuklir

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan, Teheran dapat keluar dari kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia dalam beberapa jam, jika Amerika Serikat (AS) terus bersikeras menerapkan sanksi baru.

Dilansir dari Aljazirah, dalam sebuah pidato di parlemen Iran pada Selasa (15/8), Rouhani juga menyerang Presiden AS Donald Trump dan mengatakan kepada dunia bahwa Washington bukan rekan yang baik.

Komentar Rouhani disampaikan setelah kesepakatan nuklir berada di bawah tekanan karena Teheran melakukan uji coba rudal dan Washington memberlakukan sanksi baru. Masing-masing menuduh pihak lain melanggar kesepakatan tersebut.

Departemen Keuangan AS menyetujui sanksi terhadap enam perusahaan Iran pada akhir Juli lalu. Sanksi diberikan karena peran mereka dalam pengembangan program rudal balistik setelah Teheran meluncurkan sebuah roket yang mampu menempatkan satelit ke orbit.

Pada awal Agustus, Trump menandatangani undang-undang sanksi baru untuk Iran, Rusia, dan Korea Utara yang disahkan oleh Kongres AS. Sanksi dalam UU tersebut juga menargetkan program rudal dan juga pelanggaran hak asasi manusia di Iran.

Washington memberlakukan sanksi sepihak setelah mengatakan uji coba rudal balistik Iran telah melanggar resolusi PBB. AS meminta Teheran untuk tidak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan rudal balistik yang mampu mengirimkan senjata nuklir, termasuk peluncuran yang menggunakan teknologi tersebut.

Iran membantah pengembangan rudalnya telah melanggar resolusi PBB. Iran mengatakan rudalnya tidak dirancang untuk membawa senjata nuklir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement