Rabu 03 Apr 2013 20:53 WIB

Indonesia Dinilai Bisa Mendamaikan Korut dan Korsel

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Heri Ruslan
 Tentara Korea Selatan berpatroli dekat desa perbatasan Panmunjom di Paju, Korea Selatan, Ahad (31/3).
Foto: AP/Ahn Young-joon
Tentara Korea Selatan berpatroli dekat desa perbatasan Panmunjom di Paju, Korea Selatan, Ahad (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hubungan baik Indonesia dengan Korea Utara dan Korea Selatan semestinya bisa menjadi modal besar terhadap peran luar negeri Indonesia.

Pakar kebijakan politik dan hubungan luar negeri, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dewi Fortuna Anwar mengatakan, setidaknya Indonesia dapat menjadi fasilitator.

Menurut dia, Jakarta memiliki kerja sama perdagangan yang erat dengan Seoul. Di sisi lain, rezim di Pyongyang menganggap Jakarta adalah salah satu negara sahabat terbaik.

''Indonesia perlu dan bisa terlibat mendamaikan suasana,'' kata Dewi, saat dihubungi, Rabu (3/4).

Krisis di semenanjung Korea semakin memanas pascapernyataan perang dari Korut, Sabtu (30/3) lalu.

Dua bangsa serumpun ini terancam akan kembali memasuki arena mematikan setelah sekian lama cukup tentram di bawah pakta gencatan senjata 1953.

Banyak negara akan terlibat dalam ancaman perang kali ini. Beberapa negara besar seperti Amerika Serikat (AS) tentu ambil bagian. Bukan asal ikut-ikutan, AS juga menjadi sasaran utama serangan Korut kali ini.

AS dan Korsel adalah komandan utama pemberian sanksi bagi Korut di PBB, Januari lalu. Sanksi tersebut membuat Pemerintahan Kim Jong-un itu geram.

Menurut Dewi, ancaman Korut kali ini tidak biasa dan sulit ditebak. Internasional sebenarnya berharap banyak regenerasi kepimimpinan di Korut dapat menentramkan semenanjung.

Harapan itu melihat latar belakang Jong-un yang berpendidikan asing. Jong-un adalah salah satu mahasiswa modern di kawasan Asia Timur yang dapat bersosialisasi dengan ritme kekinian.

Pemimpin kelahiran 1984 ini merupakan alumnus universitas ternama di Swiss. Akan tetapi latar belakang ini juga yang membuat Korut semakin nekat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement