Ahad 20 Aug 2017 09:49 WIB

Demonstrasi Antirasialisme Digelar di Boston

Rep: Puti Almas/ Red: Agus Yulianto
Ilustrasi aksi setop rasisme.
Foto: EPA/Brendan McCarthy
Ilustrasi aksi setop rasisme.

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Sebanyak puluhan ribu orang menggelar aksi demonstrasi untuk menentang rasisme di Boston, Amerika Serikat (AS). Beberapa di antara mereka yang merupakan sayap kanan di negara itu tutur menjadi pembicara dan menyampaikan pidato bebas, Sabtu (19/8).

Aksi unjuk rasa ini digelar karena kekhawatiran atas peristiwa yang berlangsung di Charlottesville, Virginia pada akhir pekan lalu. Di kota itu terjadi bentrokan dari kelompok supremasi kulit putih dan mereka yang menentangnya.

Kejadian bermula pada 11 Agustus lalu, di mana adanya tentangan atas rencana pertemuan dan demonstrasi dari kelompok supremasi kulit putih, perkelahian terjadi. Meski semula dilakukan dengan tangan kosong, bentrokan semakin memanas dan membuat anti huru hara turun ke jalan mencoba meredakan situasi.

Kondisi bentrokan semakin mencekam saat ada sebuah mobil yang menghantam kerumunan orang-orang terlibat dalam bentrokan. Menurut laporan, kerumunan tersebut berasal dari kubu kontra supremasi kulit putih.

Dalam insiden penabrakan itu, sebanyak 19 orang terluka. Sementara, dalam bentrokan yang masih berlangsung di jalan-jalan Charlottesville lainnya ada 15 korban terluka. Secara keseluruhan, ada tiga korban yang dilaporkan tewas dalam peristiwa ini.

Karena itu, dalam aksi unjuk rasa di Boston setidaknya ada 30 ribu peserta yang menyampaikan keprihatinan atas kejadian yang sarat dengan rasisme tersebut. Diantara mereka juga terlihat memakai stiker wajah Heather Heyer, salah satu korban tewas dalam bentrokan di Charlottesville.

"Saatnya kami melakukan sesuatu. Kami di sini menolak semua bentuk rasisme, tidak ada Nazi, tidak ada KKK, dan tidak ada fasis di AS," ujar salah satu peserta unjuk rasa di Boston, Katie Zipps, dilansir BBC, Ahad (20/8).

Para peserta juga banyak membawa spanduk dengan slogan bertuliskan 'Hentikan berpura-pura bahwa rasisme Anda adalah sebuah patriotisme'. Unjuk rasa di Boston kali ini menekankan bahwa mereka membela hak asasi manusia, termasuk kebebasan berbicara tanpa adanya unsur rasime maupun kefanatikan.

"Kami mengecam berbagai politik supremasi dan kekerasan," kata Zipps menambahkan.

Sebelumnya, banyak warga AS yang mengkritik Presiden Donald Trump atas komentarnya dalam menanggapi bentrokan di Charlottesville. Ia dianggap tidak secara eksplisit mengecam kelompok ekstremis kulit putih serta cenderung membenarkan mereka yang tetap terlibat dalam bentrokan tersebut.

Komentar Trump saat itu hanyalah bahwa seluruh warga Amerika seharusnya bersatu. Ia meminta agar persatuan tercipta dan bersama-sama maju untuk AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement