Rabu 23 Aug 2017 10:49 WIB

Ngeri, 83 Anak Dijadikan 'Bom Manusia' oleh Boko Haram

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Andi Nur Aminah
Anak-anak menjadi korban kekerasan Boko Haram di Nigeria (ilustrasi)
Foto: Reuters/Afolabi Sotunde
Anak-anak menjadi korban kekerasan Boko Haram di Nigeria (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LAGOS -- Sedikitnya 83 anak telah dijadikan 'bom manusia' oleh militan Boko Haram di wilayah timur laut Nigeria selama kurun waktu Januari hingga Agustus tahun ini. Angka tersebut diketahui meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan 2016.

Laporan UNICEF pada Selasa (22/8) menunjukkan, 55 korban adalah anak perempuan mayoritas berusia di bawah 15 tahun. Sebanyak 27 korban adalah anak laki-laki dan satu bayi yang tidak diketahui jenis kelaminnya. Bayi tersebut diikat ke tubuh seorang gadis.

"UNICEF sangat prihatin dengan peningkatan yang mengerikan dalam penggunaan anak-anak secara kejam, terutama anak perempuan, sebagai bom manusia di Nigeria timur laut," menurut laporan tersebut, dikutip Anadolu.

UNICEF menambahkan, tren tersebut telah memperburuk penderitaan anak-anak dalam pemberontakan yang telah memasuki tahun kedelapan di Nigeria. Menurut UNICEF, anak-anak yang digunakan sebagai bom manusia adalah korban dan bukan pelaku dari kejahatan tersebut.

"Penggunaan anak-anak dalam serangan semacam itu memiliki dampak jangka panjang yang dapat menimbulkan ketakutan terhadap anak-anak yang telah dibebaskan, diselamatkan, atau melarikan diri dari Boko Haram," ujar UNICEF.

Badan tersebut mengatakan, situasi di timur laut Nigeria telah menyebabkan pengungsian besar sekitar 1,7 juta orang. Krisis kekurangan gizi juga telah terbukti sangat mematikan bagi anak-anak, dengan 450 ribu anak berisiko gizi buruk akut.

Nigeria menegaskan Boko Haram telah terdegradasi, namun pemboman dan serangan mematikan terhadap lembaga keamanan negara telah menimbulkan ketakutan tentang kemungkinan bangkitnya kembali kelompok tersebut. Kelompok ini sekarang terbagi menjadi dua faksi, salah satu dari mereka secara resmi berafiliasi dengan ISIS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement