Rabu 19 Jul 2017 08:24 WIB

22 Orang Tewas dalam Konflik Dekat Ibu Kota Yaman

Konflik di Yaman, menyebabkan keamanan menjadi barang mahal.
Foto: Reuters
Konflik di Yaman, menyebabkan keamanan menjadi barang mahal.

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Sedikitnya 22 orang tewas dalam pertempuran antara pasukan Pemerintah Yaman dan gerilyawan Al-Houthi di garis depan Nehm, sebelah timur-laut Ibu Kota Yaman, Sana'a yang dikuasai anggota Al-Houthi. Pertempuran tersebut meletus pada Selasa pagi (18/7) di Gunung Al-Minsa, yang menjorok ke jalan yang menghubungkan Sana'a dan Provinsi Marib, yang dikuasai pemerintah.

"Pasukan pemerintah, yang didukung oleh pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi, berusaha memasuki lokasi di dekat ibu kota Yaman (dikuasai anggota Al-Houthi) yang didukung oleh pasukan yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh," kata sumber.

Dua prajurit tewas dan empat lagi cedera di pihak pasukan pemerintah. Sementara kelompok Al-Houthi kehilangan hampir 20 anggota dalam pertempuran itu. Media Al-Houthi belum melaporkan jumlah korban jiwa di pihak mereka.

Pertempuran di Nehm, sekitar 90 kilometer di sebelah timur-laut Sana'a, sering berkecamuk sebab pasukan pemerintah telah berusaha membuat kemajuan ke dalam ibu kota Yaman (yang dikuasai Al-Houthi pada akhir 2014).

Pertempuran itu terjadi antara gerakan Syiah Al-Houthi, yang bersekutu dengan Iran, dan koalisi militer pimpinan Arab Saudi setelah anggota Al-Houthi menggulingkan presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi (yang didukung Arab Saudi dan pemerintahnya lebih dari dua tahun lalu).

Pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, yang mendukung Hadi, memulai campur-tangan militer dan pengepungan darat-laut-udara pada Maret 2015, dalam upaya merebut kembali wilayah Yaman, termasuk Sana'a, dan memulihkan kekuasaan Hadi. Pasukan Hadi tahun lalu telah sepenuhnya membebaskan enam provinsi di Yaman Selatan dari seluruhnya 23 provinsi.

Perang sejak itu telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang, kebanyakan warga sipil, dan membuat sebanyak tiga juta orang kehilangan tempat tinggal sebab pengepungan total tersebut telah mengakibatkan kekurangan parah makanan dan obat impor. Negara itu juga telah dilanda wabah kolera mematikan dan berada di tepi jurang kelaparan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement