Ahad 03 Sep 2017 04:23 WIB

Ditinggal Pelancong Cina, Ini Cara Korea Sasar Pasar Muslim

Turis Muslim mengenakan pakaian tradisional Korea, Hanbok, berpose untuk difoto di depan Istana Gyeongbok di Seoul, Korea Selatan, 23 April 2017.
Foto: EPA/YONHAP SOUTH KOREA OUT
Turis Muslim mengenakan pakaian tradisional Korea, Hanbok, berpose untuk difoto di depan Istana Gyeongbok di Seoul, Korea Selatan, 23 April 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Pemerintah dan perusahaan swasta di Korea Selatan bekerja sama untuk mengakomodasi kenaikan turis Muslim. Pasar Muslim telah menjadi sumber pertumbuhan baru bagi industri pariwisata Korea Selatan yang terpukul oleh kepergian pelancong asal Cina. 

Pengunjung Muslim ke Korea Selatan secara konsisten meningkat. Tahun lalu, angka turis Muslim di Korea Selatan sebanyak 5,7 persen dari turis asing. “Angka itu naik dari 5,3 persen pada 2014 dan 5,6 persen pada 2015,” kata Organisasi Turisme Korea (KTO) seperti dikutip Yonhap, dilansir dari Korea Joongang Daily pada Ahad (3/9). 

Sedangkan Korea Times menyebutkan jumlah pelancong Muslim ke Korea mencapai 985,858 tahun lalu, atau naik 33 persen dari 2015. Pemerintah Korea Selatan menargetkan wisatawan Muslim mencapai 1 juta tahun ini. 

Kunjungan tersebut merupakan perkembangan yang sangat disambut baik bagi industri lokal yang mengalami kemerosotan setelah jumlah pelancong China yang datang ke negara tersebut turun tajam mulai Maret. Penurunan jumlah wisawatan asal Negeri Tirai Bambu ini terkait penolakan Pemerintah Cina atas keputusan Korea Selatan untuk menjadi pangkalan sistem pertahanan militer Amerika Serikat. 

Cina membalas keputusan itu dengan membatasi warganya melancong ke Korea Selatan. Hasilnya, jumlah pengunjung China ke Korea Selatan turun 66,4 persen pada Juni 2017 dibandingkan tahun sebelumnya. 

Dengan menyasar pasar Muslim, Korea Selatan pun harus bersiap. “Untuk menarik wisatawan Muslim, Korea Selatan perlu secara efektif dan cepat menyiapkan berbagai fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan spesifik para pengunjung,” ujar seorang pejabat di bidang industri. 

Infrastruktur yang penting untuk menyambut wisawatan Muslim baru yakni fasilitas untuk shalat. Lotte Department Store baru-baru ini membuka sebuah ruang sholat di cabang Jamsil, sebelah selatan Seoul. Lotte menjadi peritel besar pertama yang melakukannya. 

Taman hiburan yang populer dengan orang asing, termasuk Everland Resort dan Lotte World, juga sudah menyediakan fasilitas sholat. Pulau Nami, tujuan wisata lainnya, membuka ruang sholat pada 2011. 

Namun, menurut KTO, Korea Selatan hanya memiliki 28 ruang shalat yang sesuai untuk digunakan oleh umat Islam di seluruh negeri. Ruang shalat yang dapat digunakan di Korea Selatan termasuk 11 di lokasi pariwisata utama, dua di bandara dan 15 dioperasikan oleh komunitas Islam setempat. 

Jumlah itu sangat minim kalau dibandingkan dengan Jepang yang memiliki 57 ruang shalat. Di Jepang, fasilitas shalat di bandara saja sebanyak 11 unit dan 14 ruang shalat di pusat perbelanjaan raksasa. 

Taiwan, yang meningkatkan pertukaran dengan negara-negara Asia Tenggara, menambahkan ruang shalat di pusat informasi utama, bandara dan stasiun kereta. “Ibadah lima kali sehari sangat penting bagi umat Islam. Apakah tujuan wisata memiliki ruang shalat? Ini pasti akan membuat perbedaan bagi pemikiran yang datang ke Korea,” kata seorang pejabat KTO.

Pelancong Muslim juga tidak makan daging babi atau mengkonsumsi alkohol. Beberapa pejabat pun menyatakan ini menunjukkan adanya kebutuhan menyediakan restoran halal yang menyajikan makanan berdasarkan peraturan Syariah Islam. 

Para pejabat itu mengatakan meski ada kenaikan namun masih ada sedikit perusahaan Korea Selatan yang memenuhi persyaratan tersebut. Pada Juli lalu, Korea Selatan memiliki 252 restoran halal, 117 di antaranya merupakan restoran yang baru buka tahun ini. 

Sekitar 75 persen restoran tersebut berada di luar Seoul. "Fakta bahwa banyak restoran lokal yang menyajikan alkohol juga bisa membuat mereka merasa tidak nyaman,” kata dia. 

Penyediaan infrastruktur untuk memudahkan Muslim ketika berwisata di Korea Selatan belum tentu mudah. Sebab, perusahaan lokal di Korea Selatan masih menghadapi tantangan untuk mengatasi sentimen anti-Muslim di kalangan warga setempat. 

Semakin mereka memberikan manfaat bagi turis Muslim maka semakin meningkat opini negatif di internet. Netizen di Negeri Ginseng menyatakan bawah wisatawan Muslim sangat mungkin terlibat dengan aksi terorisme. 

Para pejabat dalam industri pariwisata pun meminta ada upaya untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang umat Islam. Biasanya, ada keluhan untuk mengakomodasi Muslim, terutama yang terkait dengan organisasi teroris. "Ruang shalat untuk Muslim adalah layanan untuk mengurangi ketidaknyamanan bagi orang-orang yang mengunjungi Korea Selatan. KOrea perlu memahami tentang budaya yang dimiliki oleh 1,7 miliar orang di seluruh dunia pada era pertukaran tanpa batas antara orang-orang ini," kata seorang pejabat KTO. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement