Senin 04 Sep 2017 10:34 WIB

AS Ancam Kerahkan Militer Besar-Besaran ke Korea Utara

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.
Foto: EPA / KCNA
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) James Mattis memperingatkan Korea Utara (Korut), ancaman yang negara itu berikan dapat dibalas dengan tindakan militer besar-besaran, Ahad (3/9). Pernyataan ini datang menyusul klaim Pyongyang yang telah melakukan uji coba bom hidrogen untuk dimuat dalam Peluru Kendali Balistik Antar Benua (ICBM). 

"Kami tidak melihat saat ini bagaimana menghancurkan sebuah negara, yaitu Korut dilakukan, tetapi banyak pilihan untuk melaksanakannya," ujar Mattis dalam sebuah wawancara di luar Gedung Putih, Washington, AS, dilansir The Guardian, Senin (4/9). 

Ia menuturkan, AS memiliki kemampuan tinggi untuk melindungi negara dan sekutu mereka yang terkena ancaman langsung dari program nuklir Korut, yaitu Korea Selatan (Korsel) dan Jepang. Pria yang akrab dengan julukan Mad Dog itu juga menegaskan, tindakan militer secara besar untuk menyerang Korut bukan lagi hal yang tak mungkin dilakukan. "Kami secara jelas mengatakan, kami memiliki kemampuan untuk membela diri serta sekutu dari serangan apa pun, dengan sebuah resposn efektif dan luar biasa," kata Mattis.

Selama ini, Korut mengatakan, pengembangan program nuklir merupakan alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea khususnya Korsel dan Jepang terus merasa khawatir karena menjadi ancaman utama serangan rudal dan senjata berbahaya lainnya.

Serangkaian uji coba perangkat nuklir, termasuk juga rudal balistik dilakukan oleh Korut. Kali ini, uji coba Peluru Kendali Balistik Antar Benua atau ICBM yang diklaim sukses pertama kali dilakukan pada 4 Juli lalu. Saat itu, rudal yang disebut dengan nama Hwasong-14 tersebut juga dikatakan mampu membawa hulu ledak nuklir besar dan menjangkau daratan AS, khususnya wilayah Alaska. 

Kemudian, dalam uji coba selanjutnya yang membuat kehebohan dunia terjadi pada 28 Juli lalu. Uji coba Hwasong-14 dilakukan dan diyakini memiliki jangkauan dan kekuatan lebih tinggi. Rudal itu mencapai ketinggian 2.314,6 dan terbang sejauh 620 mil hingga akhirnya mendarat di perairan pantai timur Semenanjung Korea. 

Korut kembali dilaporkan sebuah uji coba pengembangan rudal dengan meledakkan bom hidrogen besar. Dengan demikian, untuk pertama kalinya Korut dapat sukses untuk menempatkan sebuah hulu ledak nuklir dalam ICBM.

Korut mengatakan, tes bom hidrogen tersebut menjadi yang keenam kalinya dilakukan sejak 2006. Negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu mengklaim kesuksesan besar karena kali ini persenjataan nuklir mereka berkembang dan memiliki kemampuan dua kali lipat lebih besar dari sebelumnya.

Atas serangkaian tindakan Korut yang dinilai sangat provokatif, Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan pada Senin (4/9) hari ini. Badan dunia pertama kali memberikan sanksi terhadap negara itu atas uji coba program nuklir yang dilakukan sejak 2006. 

Pada 5 Agustus lalu, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan sebuah resolusi untuk memberlakukan sanksi ekonomi terbaru terhadap Korut. Dengan sanksi ini, pendapatan ekpor yang dimiliki negara terisolasi itu dapat berkurang hingga 3 miliar dolar AS. 

Resolusi yang dirancang oleh AS, sebagai salah satu anggota tetap dewan itu membuat tidak diizinkannya ekspor sejumlah barang tambang diantaranya batu bara, besi, dan bijih besi. Kemudian, makanan laut juga tidak diperbolehkan untuk diekspor dari Korut. Selain itu, jumlah pekerja dari negar itu yang bekerja di luar negeri juga tidak dapat diperbanyak.

Meski resolusi terbaru dari PBB telah dikeluarkan, Korut menegaskan, pihaknya akan terus mengembangkan program nuklir. Negara yang dipimpin Kim Jong-un itu juga tidak khawatir dengan adanya alat pencegah senjata nuklir yang dimiliki AS dan bertujuan mengancam mereka. Termasuk dengan rencana untuk meluncurkan rudal ke wilayah Guam pada Agustus lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement