Senin 04 Sep 2017 16:33 WIB

Kami Melindungi Diri, Apakah Itu Terorisme?

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Agus Yulianto
Karimullah (37) warga etnis Rohingya yang mengungsi ke Indonesia pada 2011 lalu hingga saat ini. Karim merupakan salah satu etnis Rohingya yang tinggal di wilayah utara kota Maungdaw, Rakhine, Senin (4/9).
Foto: Republika/Singgih Wiryono
Karimullah (37) warga etnis Rohingya yang mengungsi ke Indonesia pada 2011 lalu hingga saat ini. Karim merupakan salah satu etnis Rohingya yang tinggal di wilayah utara kota Maungdaw, Rakhine, Senin (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Salah seorang pengungsi Rohingya di Indonesia, Karimullah (37 tahun) mengatakan, apa yang dikatakan pemerintah Myanmar tentang teroris di Rohingya adalah kebohongan. Karim menegaskan, tuduhan tersebut 100 persen bohong.

"Kami melindungi diri, apakah itu terorisme," ujar dia saat ditemui Republika.co.id, di kontrakannya di Jalan Karet Pendurenan, No.40 Jakarta, Senin (4/9).

Karim menceritakan, jangankan senjata untuk melakukan aksi terorisme, keluarga Muslim Rohingya di Rakhine tidak diperbolehkan memiliki pisau, bahkan pisau dapur sekalipun. Dengan emosional, Karim menunjukkan kami sebuah pisau dapur yang dia miliki. "Ini, ada ini (pisau dapur) saja kita langsung ditangkap," kata dia.

Aksi persekusi yang dilakukan pemerintah Myanmar oleh etnis Rohingya di Rakhine adalah bentuk penyiksaan. Oleh sebab itulah, lanjut Karim, ada sebagian dari orang-orang Rohingya yang melakukan perlawanan dan justru dicap sebagai teroris.

Ibarat seseorang yang hendak dipukul, Karim mengatakan, yang dipukul sudah pasti mengambil langkah untuk menepis. Menepis itulah yang dilakukan oleh Rohingya, tapi malah dicap sebagai teroris.

"Teroris itu ya pemerintah Myanmar. Kalau etnis Rohingya benar teroris, tidak (bisa) tidur mereka diserang tiga juta teroris," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement