Jumat 08 Sep 2017 17:25 WIB

Tidak Ada Opsi Militer dalam Krisis Qatar

Rep: FIRA NURSYAHBANI/ Red: Winda Destiana Putri
Qatar
Foto: AP
Qatar

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH - Empat negara Arab yang bergabung ke dalam Anti-Teror Quartet (ATQ), yaitu Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir menyatakan tidak pernah mempertimbangkan eskalasi militer terhadap krisis Qatar. Pernyataan itu disampaikan setelah Presiden AS Donald Trump dan Emir Kuwait Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah menyelenggarakan konferensi pers bersama di Washington, Kamis (7/9).

Selama konferensi tersebut, Sheikh al-Sabah mengisyaratkan sebuah resolusi potensial untuk krisis. Ia mengatakan Doha telah sepakat untuk duduk di meja perundingan dan mendiskusikan daftar 13 tuntutan dari ATQ.

Namun, Menteri Luar Negeri Qatar Abdulrahman Al Thani memberikan pernyataan yang kontradiktif kepada Aljazirah News Channel yang berbasis di Doha. Ia menjelaskan negaranya tidak akan memasuki perundingan apapun sampai sanksi yang dijatuhkan oleh ATQ dicabut.

"Tekanan Menlu Qatar untuk menempatkan prasyarat pada perundingan, menegaskan Qatar tidak serius dengan kami," ujar pernyataan yang dikeluarkan ATQ, dikutip Arab News.

ATQ kemudian mengucapkan terima kasih kepada Emir Kuwait atas upaya mediasinya. "Kami menekankan, aksi militer tidak pernah - dan tidak akan pernah - menjadi pilihan dengan cara apapun," tambahnya.

ATQ juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden Trump karena telah menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan menghentikan pendanaan teror. Trump juga mengaku tidak bisa mengatasi masalah jika hal tersebut tidak dilakukan Qatar.

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement